Peta Digital Sawah Berbasis Satelit Tingkatkan Akurasi Pertanian

  • Aug 04, 2025
  • Firdaus
  • Informasi

 

Teknologi pertanian di Indonesia terus mengalami kemajuan signifikan. Salah satu terobosan terbaru datang dari Malang, Jawa Timur, di mana sebuah program kolaboratif antara Dinas Pertanian dan tim peneliti lokal telah berhasil mengembangkan peta digital sawah berbasis satelit. Inovasi ini dinilai mampu meningkatkan akurasi data lahan pertanian dan memudahkan pemetaan potensi pertanian secara real time.

Peta digital ini memanfaatkan citra satelit resolusi tinggi yang dikombinasikan dengan teknologi pemrosesan data berbasis AI (Artificial Intelligence). Teknologi ini dapat mengidentifikasi batas lahan, tingkat kelembapan tanah, tingkat pertumbuhan tanaman padi, serta mendeteksi ancaman hama atau kekeringan.

Solusi Cerdas untuk Petani dan Pemerintah

Proyek ini pertama kali diuji coba di wilayah Kecamatan Dau dan Kecamatan Wagir, yang dikenal sebagai sentra pertanian padi di Malang. Dengan dukungan dari LAPAN dan startup teknologi agrikultur lokal bernama GeoAgriTech, sistem peta digital sawah ini sudah dapat diakses melalui perangkat smartphone petani maupun petugas lapangan.

“Kini kami tidak perlu lagi menebak luas lahan atau kondisi tanaman. Semua bisa terlihat dari aplikasi. Kalau ada bagian sawah yang terlalu kering atau rusak, sistem langsung memberi peringatan,” ujar Ibu Nur Aini, petani dari Desa Sumbersari yang turut dalam uji coba.

Akurasi Lebih Tinggi, Bantuan Lebih Tepat Sasaran

Kepala Dinas Pertanian Kota Malang, Dr. Siti Aminah, menjelaskan bahwa selama ini salah satu kendala distribusi bantuan pertanian adalah kurangnya data yang akurat mengenai kondisi lahan. Dengan peta digital berbasis satelit, pemerintah daerah kini memiliki alat pemetaan yang jauh lebih tepat dan efisien.

“Peta ini bukan hanya menampilkan batas sawah, tapi juga informasi lengkap seperti kondisi tanah, tanaman, bahkan histori tanam. Ini akan sangat membantu dalam perencanaan bantuan pupuk, irigasi, hingga asuransi pertanian,” jelasnya.

Akses Mudah dan Gratis bagi Petani

Menariknya, aplikasi peta digital ini dirancang dengan antarmuka yang sederhana dan dapat diakses secara gratis oleh petani. Petani cukup mendaftarkan lahan mereka melalui pendamping lapangan atau kelompok tani, kemudian akan mendapat akun untuk mengakses data lahannya secara mandiri.

GeoAgriTech juga menyediakan pelatihan penggunaan aplikasi secara berkala di balai desa dan balai penyuluhan pertanian. Antusiasme petani terlihat dari banyaknya peserta yang hadir dalam pelatihan yang digelar pekan lalu.

Menuju Pertanian Modern Berkelanjutan

Pemerintah Kota Malang berharap teknologi ini dapat diadopsi secara luas di seluruh kecamatan. Jika berhasil, bukan tidak mungkin model peta digital sawah ini menjadi percontohan nasional untuk program digitalisasi pertanian Indonesia.

“Kami ingin petani kita naik kelas, bukan hanya menggarap sawah, tapi juga memahami data. Pertanian berbasis informasi adalah masa depan,” tutur Dr. Siti Aminah.

Dengan adanya peta digital berbasis satelit ini, pertanian tidak lagi sekadar urusan cangkul dan benih, tetapi juga melibatkan data, teknologi, dan kecerdasan buatan—sebuah langkah menuju pertanian presisi yang lebih efisien dan berkelanjutan.

Reporter: Luthfan Adityo
Editor: Rina Widyastuti – Malang Smart Agriculture News