Judul: Jangan Sampai Gaji Hanya Lewat: Waspada Gaya Hidup Berutang
- Aug 12, 2025
- Lion Wahyu
- Edukasi, Informasi

Judul: Jangan Sampai Gaji Hanya Lewat: Waspada Gaya Hidup Berutang
Malang, 12 Juli 2025
Fenomena “gaji cuma numpang lewat” kini menjadi realita pahit bagi sebagian besar pekerja muda di Indonesia. Banyak di antara mereka menerima gaji hanya untuk langsung dibayarkan ke cicilan, tagihan kartu kredit, dan pinjaman digital. Gaya hidup berutang kian marak, menjadikan stabilitas keuangan pribadi sebagai isu yang serius.
“Ini bukan soal kurangnya gaji, tapi lebih pada gaya hidup yang tidak sesuai kemampuan. Banyak yang hidup dari cicilan ke cicilan,” ujar Arif Wibowo, perencana keuangan dari Lembaga Edukasi Finansial Bandung (LEFB), saat menjadi narasumber dalam forum “Finansial Sehat untuk Generasi Produktif”.
Arif menyebutkan, saat seseorang menggunakan lebih dari 40% penghasilannya untuk membayar utang konsumtif, maka risiko krisis keuangan pribadi sangat tinggi. Sayangnya, banyak yang tidak menyadari, karena pembayaran dilakukan otomatis dan tampak ringan.
Data: Pengeluaran Terserap Cicilan
Sebuah survei nasional oleh Lembaga Survei Ekonomi Indonesia (LSEI) pada awal 2025 menunjukkan bahwa 53% karyawan usia 22–35 tahun menggunakan sebagian besar gajinya untuk membayar cicilan, termasuk KPR, kendaraan, paylater, dan pinjaman online.
Bahkan dari survei yang sama, 1 dari 3 responden tidak memiliki dana darurat, dan lebih dari 60% tidak memiliki tabungan produktif atau investasi. Hal ini menunjukkan bahwa gaya hidup yang mengandalkan utang justru menutup peluang untuk membangun keuangan jangka panjang.
“Yang berbahaya itu bukan hanya jumlah utangnya, tapi ketika seseorang sudah merasa utang adalah bagian normal dari hidup,” kata Arif.
Jerat Psikologis dan Sosial
Psikolog klinis dari Universitas Padjadjaran, Dr. Riana Sasmita, M.Psi., menyebut bahwa gaya hidup konsumtif dan tekanan media sosial menjadi pemicu utama generasi muda hidup melampaui kemampuannya. “Ada tekanan sosial untuk tampil mampu, padahal secara keuangan belum siap. Di situlah paylater, cicilan, dan kredit menjadi pelarian,” ujarnya.
Menurut Riana, dampak psikologis dari kondisi ini tidak main-main. Banyak individu muda mengalami stres, rasa cemas, bahkan kehilangan kepercayaan diri karena merasa terus tertinggal dalam pencapaian finansial.
Jalan Keluar: Kesadaran & Kontrol Finansial
Pakar keuangan menyarankan langkah-langkah berikut agar gaji tidak hanya “numpang lewat”:
-
Tahan belanja impulsif, hindari pembelian yang didasari emosi.
-
Batasi cicilan maksimal 30% dari penghasilan.
-
Prioritaskan dana darurat sebelum konsumsi besar.
-
Catat semua pengeluaran dan buat anggaran bulanan yang realistis.
-
Pilih gaya hidup yang sesuai dengan kondisi, bukan untuk validasi sosial.
Penutup
Gaji adalah hasil jerih payah, bukan sekadar lalu lintas ke tagihan. Gaya hidup berutang yang tidak terkontrol hanya akan menjauhkan dari kebebasan finansial dan merampas ketenangan hidup. Saatnya bijak mengelola penghasilan, karena gaji seharusnya membangun masa depan, bukan menambal lubang masa lalu.