Judul: Utang Konsumtif, Sumber Stres dan Masalah Mental

  • Aug 12, 2025
  • Lion Wahyu
  • Edukasi, Informasi

Judul: Utang Konsumtif, Sumber Stres dan Masalah Mental

Malang, 9 Juli 2025
Gaya hidup modern yang memanjakan konsumen dengan berbagai kemudahan cicilan dan pinjaman digital kini membawa dampak serius, bukan hanya bagi kondisi keuangan, tetapi juga kesehatan mental. Utang konsumtif yang tampak ringan di awal, ternyata menjadi pemicu stres, kecemasan, bahkan depresi bagi sebagian besar masyarakat usia produktif.

“Orang sering lupa bahwa utang bukan hanya angka di laporan keuangan, tapi juga beban psikologis yang bisa menumpuk dan memengaruhi kualitas hidup,” ungkap Dr. Intan Novita, M.Psi., Psikolog Klinis dari RSUP Fatmawati, dalam seminar kesehatan mental dan finansial yang digelar di Jakarta Selatan, Selasa (9/7).

Dr. Intan menjelaskan, banyak pasien dewasa muda yang datang ke ruang konsultasinya dengan gejala kecemasan dan gangguan tidur, yang ternyata bersumber dari tekanan utang konsumtif.

Data dan Fakta: Utang Tak Lagi Soal Uang

Berdasarkan riset dari Lembaga Riset Psikososial Indonesia (LRPI), tahun 2024 lalu tercatat bahwa 42% pekerja muda di Indonesia mengalami stres berkepanjangan akibat tekanan finansial, dengan penyebab utama adalah utang konsumtif seperti cicilan paylater, kartu kredit, hingga pinjaman online.

Lebih mengkhawatirkan lagi, 1 dari 5 di antaranya mengalami gangguan kecemasan hingga depresi ringan karena merasa tidak mampu keluar dari siklus utang. Bahkan, beberapa mengaku menghindari interaksi sosial karena malu dengan kondisi keuangannya.

“Ada beban psikologis yang muncul saat seseorang terus hidup dari gaji ke gaji untuk menutupi utang. Mereka merasa terjebak, tidak bebas mengambil keputusan hidup, bahkan kehilangan arah,” jelas Dr. Intan.

Lingkaran Masalah: Dari Belanja Emosional ke Tekanan Psikis

Psikolog menyebutkan bahwa salah satu akar dari utang konsumtif adalah perilaku belanja emosional, yakni membeli barang bukan karena butuh, tapi untuk pelampiasan stres, iri sosial, atau sekadar ingin terlihat "mampu" di media sosial.

Namun sayangnya, pelampiasan itu justru berbalik menjadi sumber stres baru saat tagihan datang. Inilah yang disebut sebagai lingkaran stres finansial—di mana kondisi mental mendorong seseorang untuk berutang, dan utang memperburuk kondisi mentalnya.

Solusi: Edukasi & Pendampingan Finansial

Agar masyarakat, khususnya generasi muda, tidak terjerumus lebih dalam, para ahli menyarankan langkah berikut:

  • Tingkatkan literasi keuangan dan kesehatan mental secara bersamaan.

  • Kenali batas kemampuan finansial sebelum berutang.

  • Fokus pada kebutuhan, bukan keinginan emosional.

  • Jangan ragu mencari bantuan psikolog jika sudah merasa tertekan.

  • Bangun kebiasaan menabung dan hidup sederhana.

Penutup

Utang konsumtif mungkin tampak sepele di awal, tapi efek domino yang ditimbulkannya bisa merusak keuangan dan kesehatan mental sekaligus. Menyadari batas diri, mengontrol pengeluaran, dan berani hidup sesuai kemampuan adalah langkah nyata menjaga ketenangan pikiran dan masa depan. Karena sehat finansial dan mental adalah dua sisi dari hidup yang seimbang.