AI Penilaian Uji Esai Diuji Coba di Malang: Cepat, Objektif, dan Transparan

  • Aug 12, 2025
  • Firdaus
  • Informasi

 

Inovasi teknologi kecerdasan buatan (AI) kembali mencuri perhatian dunia pendidikan Indonesia. Kali ini, Kota Malang menjadi salah satu wilayah percontohan penerapan AI untuk penilaian uji esai secara otomatis. Sistem ini diharapkan mampu meningkatkan kecepatan, objektivitas, dan efisiensi dalam mengevaluasi hasil ujian berbasis narasi.


Mengapa Penilaian Esai Butuh AI?

Penilaian ujian esai selama ini dikenal memakan waktu dan rentan terhadap bias. Faktor subjektivitas penilai, beban kerja guru yang tinggi, hingga inkonsistensi dalam menilai membuat hasil evaluasi kadang dipertanyakan.

Dengan hadirnya AI penilai esai, proses tersebut kini bisa dilakukan secara otomatis. Teknologi ini dirancang untuk menganalisis struktur kalimat, tata bahasa, relevansi argumen, penggunaan data, dan kedalaman analisis dari jawaban siswa.

“AI membaca ribuan esai dalam waktu kurang dari satu jam, dengan tingkat akurasi dan konsistensi yang tinggi. Ini efisien dan sangat membantu guru,” ujar Dr. Maya Handayani, peneliti pendidikan dari Universitas Negeri Malang.


Pengujian di Sekolah dan Kampus

Beberapa sekolah menengah atas serta perguruan tinggi di Malang telah mulai menguji sistem ini. Salah satunya SMA Teknologi Inovatif Malang, yang menggunakan platform EssayCheckAI dalam ujian semester lalu. Dari 120 esai yang dikoreksi, hasil AI menunjukkan kesesuaian 91% dibanding penilaian manual guru.

“Awalnya saya ragu, tapi ternyata AI bisa menilai dengan sangat rinci dan adil. Nilai saya bahkan dilengkapi catatan kelemahan argumen dan grammar,” kata Andi Raka, siswa kelas XII.

Di tingkat perguruan tinggi, Universitas Merdeka Malang juga memanfaatkan AI untuk mengevaluasi makalah mahasiswa. Hasilnya dinilai sangat membantu dosen, terutama untuk kelas besar yang memiliki ratusan mahasiswa.


Kelebihan dan Catatan Kritis

AI penilai esai memberikan beberapa keunggulan nyata:

  • Cepat: Ratusan esai dapat dievaluasi dalam hitungan menit.
  • Objektif: Tidak terpengaruh mood atau tekanan waktu seperti manusia.
  • Konsisten: Standar penilaian seragam untuk semua siswa.

Namun, sistem ini tetap mendapat beberapa catatan. Guru dan dosen menekankan bahwa AI belum bisa sepenuhnya menggantikan evaluasi manusia, terutama untuk aspek orisinalitas ide, kreativitas, dan konteks budaya.

“Sebaiknya AI digunakan sebagai alat bantu, bukan satu-satunya penilai. Peran guru tetap penting,” ungkap Sri Yuniarti, guru Bahasa Indonesia.


Masa Depan Evaluasi Pendidikan

Dinas Pendidikan Kota Malang menyambut positif uji coba ini. Jika terbukti sukses dan diterima publik, sistem AI penilai esai akan diperluas ke lebih banyak sekolah dan madrasah pada tahun ajaran mendatang.

“Kami akan mengembangkan standar nasional AI penilai esai agar adil dan akuntabel,” kata Ir. Imam Rofiq, kepala bidang teknologi pendidikan.

Dengan hadirnya kecerdasan buatan dalam proses penilaian esai, dunia pendidikan Indonesia bergerak ke arah yang lebih modern. Tak hanya mempercepat proses, teknologi ini juga mendorong sistem evaluasi yang lebih objektif, transparan, dan bermutu tinggi.