Berkebun di Rumah Redakan Stres

  • Jul 09, 2025
  • Firdaus
  • Edukasi, Pertanian

 

 


 

Malang, 09 Juli 2025 — Di tengah tekanan hidup modern dan rutinitas yang padat, berkebun di rumah semakin diminati sebagai aktivitas menenangkan yang dapat meredakan stres. Bukan hanya sekadar hobi atau pengisi waktu luang, berkebun kini diakui secara ilmiah sebagai salah satu bentuk terapi alami yang bermanfaat bagi kesehatan mental dan emosional.

Menurut psikolog dari Universitas Brawijaya Malang, Dr. Fitri Handayani, berkebun bisa menjadi bentuk meditasi aktif. Ketika seseorang fokus pada aktivitas menanam, menyiram, atau merawat tanaman, pikiran pun ikut tenang. “Berkebun membuat seseorang hadir penuh di saat ini. Kontak langsung dengan tanah dan tanaman bisa menurunkan hormon kortisol penyebab stres, dan sekaligus meningkatkan hormon kebahagiaan seperti serotonin,” jelasnya.

Fenomena ini makin terasa di Kota Malang, di mana masyarakat mulai mengubah lahan sempit di pekarangan rumah menjadi taman kecil yang asri. Tanaman hias, sayuran, hingga rempah-rempah ditanam dalam pot maupun vertical garden yang praktis. Selain mempercantik rumah, aktivitas ini juga memberi rasa bangga dan kepuasan batin tersendiri.

Salah satu warga Kelurahan Tlogowaru, Ibu Sri Wahyuni (48), mengaku bahwa berkebun telah membantunya melewati masa-masa sulit. “Awalnya hanya iseng tanam bunga di halaman, tapi ternyata tiap pagi saya jadi semangat menyiram dan melihat pertumbuhan tanaman. Rasanya hati lebih tenang dan tidak mudah marah,” ungkapnya.

Dinas Kesehatan Kota Malang pun mendukung gerakan berkebun sebagai bagian dari gaya hidup sehat. Dalam kampanye “Hijaukan Rumah, Sehatkan Jiwa” yang digagas awal tahun ini, warga didorong untuk mulai berkebun sebagai terapi alami dari rumah. Program ini menyasar ibu rumah tangga, lansia, hingga remaja agar lebih produktif dan terhubung dengan alam.

Berdasarkan penelitian dari Journal of Health Psychology, berkebun selama 30 menit saja dapat menurunkan tingkat stres secara signifikan. Aktivitas fisik ringan yang dilakukan saat mencangkul, menanam, dan merawat tanaman juga berkontribusi terhadap kesehatan jantung dan kebugaran tubuh.

Di sisi lain, berkebun juga melatih kesabaran dan rasa syukur. Proses menunggu benih tumbuh, melihat daun pertama muncul, hingga akhirnya memanen hasilnya mengajarkan bahwa segala sesuatu butuh waktu dan ketekunan. Nilai-nilai ini penting untuk membangun mental yang kuat dan positif.

Banyak komunitas di Malang mulai menghidupkan kembali kebiasaan berkebun bersama, seperti Komunitas Taman Mandiri dan Hijau Harmoni. Mereka rutin mengadakan pelatihan berkebun di rumah, membagikan bibit gratis, serta berbagi tips merawat tanaman melalui media sosial.

“Di dunia yang serba cepat dan bising, berkebun memberi ruang bagi jiwa untuk diam dan bernapas. Itu sebabnya berkebun bukan sekadar aktivitas, tapi terapi jiwa yang menyembuhkan,” tutup Dr. Fitri.