Pendidikan Karakter vs Robotik: Menyeimbangkan Kecerdasan Emosional dan Teknologi di Era Digital
- Aug 13, 2025
- Firdaus
- Informasi

Di tengah derasnya arus transformasi teknologi, pendidikan karakter mulai mendapat tantangan serius dari kemajuan bidang robotik dan kecerdasan buatan (AI). Kota Malang, sebagai salah satu pusat pendidikan di Indonesia, kini menjadi saksi bagaimana sekolah-sekolah berusaha menyeimbangkan dua sisi penting: pengembangan nilai-nilai moral dan etika (karakter), serta penguasaan teknologi masa depan seperti robotik.
Fenomena ini mengemuka ketika sejumlah sekolah dasar hingga menengah di Malang mulai menerapkan program pembelajaran robotik secara intensif, mulai dari perakitan robot sederhana hingga pemrograman berbasis AI. Namun, muncul pertanyaan mendasar di kalangan pendidik dan orang tua: apakah pendidikan karakter akan terpinggirkan oleh euforia teknologi?
Robotik: Menjawab Tantangan Masa Depan
Robotik dianggap sebagai keterampilan penting di era revolusi industri 4.0. Banyak siswa di Malang kini ikut serta dalam ekstrakurikuler robotik atau bahkan mengikutsertakan diri dalam lomba robot nasional dan internasional. SMAN 3 Malang dan SMPN 1 Dau, misalnya, telah memiliki laboratorium robotik sendiri, lengkap dengan pelatih profesional dan modul kurikulum khusus.
"Anak-anak sangat antusias. Mereka belajar logika, kerja tim, dan pemecahan masalah melalui robotik," ujar Bapak Andhika Yudha, guru TIK di salah satu SMP negeri di Malang.
Namun, pendidikan robotik yang terlalu berorientasi pada kemampuan teknis memunculkan kekhawatiran baru. Nilai-nilai seperti empati, tanggung jawab sosial, dan integritas bisa terabaikan jika tidak dibarengi dengan penguatan karakter.
Pendidikan Karakter: Pilar Bangsa yang Tak Tergantikan
Sementara itu, para pendidik menegaskan bahwa teknologi, sehebat apapun, tidak bisa menggantikan peran pendidikan karakter. “Teknologi memang penting, tapi kalau tidak dibarengi dengan moral, anak-anak bisa tersesat,” ujar Ibu Rina Kartikasari, kepala sekolah di SDN Tlogomas.
Pendidikan karakter menanamkan nilai-nilai dasar seperti kejujuran, toleransi, kerja keras, serta cinta tanah air. Program seperti Gerakan Literasi Sekolah, Senin Berkarakter, dan Pojok Refleksi Diri masih dijalankan aktif di berbagai sekolah di Malang sebagai bagian dari upaya membentuk kepribadian yang utuh.
Sinergi, Bukan Pertentangan
Alih-alih saling bertentangan, banyak pihak di Malang kini mulai melihat bahwa pendidikan karakter dan robotik harus berjalan beriringan. Robotik bisa menjadi sarana membentuk karakter melalui pendekatan kolaboratif, kompetitif secara sehat, serta memperkuat rasa tanggung jawab dalam penggunaan teknologi.
“Yang penting bukan teknologinya, tapi bagaimana anak-anak menggunakan teknologi itu untuk kebaikan,” jelas Dr. Arif Santosa, dosen pendidikan di Universitas Negeri Malang.
Pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan Kota Malang juga tengah menyusun modul integratif yang menggabungkan pembelajaran STEM (Science, Technology, Engineering, Math) dengan pembentukan karakter berbasis lokal dan budaya bangsa.
Penutup
Di era digital, pendidikan karakter dan robotik bukanlah dua kutub yang harus dipertentangkan. Keduanya justru harus menjadi pasangan strategis dalam membentuk generasi masa depan: cerdas secara intelektual dan kuat secara moral. Kota Malang, dengan semangat inovatifnya, kini berada di garda depan dalam menyatukan kedua dunia ini demi masa depan pendidikan Indonesia yang lebih baik.