Perpaduan Resep Kue Eropa dan Indonesia Jadikan Momen Lebaran Masyarakat Desa Tempeh Tengah Semakin Berwarna

  • Apr 03, 2025
  • Siti Zuhria

Tempeh Tengah, KIM - Kue kering menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Idulfitri di desa Tempeh Tengah. Hidangan ini tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menyimpan sejarah panjang yang mencerminkan akulturasi budaya dan perkembangan kuliner di Nusantara bahkan kuliner merakyat di seluruh indonesia, Kamis (03/04/2025).

Di Indonesia, tradisi menyajikan kue kering saat Lebaran mulai berkembang pada masa kolonial Belanda. Interaksi antara masyarakat pribumi dan Belanda memunculkan akulturasi budaya, termasuk dalam kuliner.

Kue kering seperti kastengel dan jenis kue lebaran lainnya merupakan adaptasi dari kue-kue Eropa yang disesuaikan dengan selera lokal. Bahkan Biskuit Khong Guan yang selalu tampil di meja setiap kali lebaran menjadi menu utama kue lebaran kali ini.

Tradisi menyajikan kue saat Lebaran muncul pada masa kolonial Belanda. Interaksi antara orang Belanda dan masyarakat Indonesia pada abad ke-19 hingga ke-20 melahirkan penyerapan budaya Eropa ke dalam budaya Indonesia, termasuk dalam hal kuliner. Masyarakat kemudian mengadaptasi resep-resep kue kering Eropa dengan bahan-bahan lokal yang kemudian menjadi sajian yang menarik dan nikmat yang bisa dijadikan sajian mengisi meja tamu saat lebaran tiba.

Selain sebagai hidangan yang lezat, kue kering memiliki makna mendalam dalam perayaan Lebaran. Kue-kue ini melambangkan kebahagiaan, kemakmuran, dan harapan baru setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh.

Menyajikan kue kering kepada tamu juga mencerminkan keramahan dan keterbukaan tuan rumah dalam menjalin silaturahmi. Dengan demikian, kue kering bukan sekadar kudapan manis, tetapi juga simbol akulturasi budaya dan nilai-nilai sosial yang diwariskan dari generasi ke generasi dalam merayakan hari kemenangan