Jenang Suro: Warisan Rasa, Simbol Makna

  • Jun 28, 2025
  • Siti Zuhria

Tempeh Tengah, KIM - Hidangan tradisional Jawa yang disajikan pada malam 1 Suro merupakan hidangan yang biasa disajikan bertepatan dengan malam pergantian tahun dalam kalender Jawa dan tahun baru Islam. Tradisi ini merupakan wujud syukur dan harapan akan keselamatan serta keberkahan di dalamnya, Sabtu (28/06/2025).

Jenang Suro atau bubur ayam merupakan tradisi jawa yang sudah ada sejak masa Sultan Agung di Kerajaan Mataram. Jenang Suro juga menjadi simbol harapan akan keselamatan, keberkahan, dan kelancaran hidup di tahun yang baru. Disajikan dengan berbagai lauk seperti teri, telur, perkedel, opor dan krupuk khas warna warni dengan dipadu kuah santan menambah gurih dan lezat makanan yang satu ini. Jenang Suro tetap dilestarikan hingga saat ini sebagai bagian dari warisan budaya yang kaya akan makna di dalamnya.

Jenang Suro sendiru terbuat dari beras yang dimasak dengan aneka bumbu dan rempah tradisional seperti santan, serai, dan daun salam sehingga rasanya lebih gurih dibandingkan bubur biasanya. Makanan khas yang sudah ada sejak ratusan tahun ini kemudian didoakan sebelum dimakan bersama, dan dibagikan masyarakat.