Festival Rujak Otek Desa Sumberwuluh Menjadi Penutup Meriah Candipuro Culture Festival

  • Jul 15, 2024
  • SAMSUL ARIFIN

Festival Rujak Otek yang digelar di Kalipinusan Poncosumo, Desa Sumberwuluh, pada 14 Juli 2024 menjadi acara puncak yang menutup rangkaian kegiatan Candipuro Culture Festival (CCF) dengan penuh kemeriahan. CCF yang berlangsung selama beberapa hari ini menampilkan berbagai kegiatan budaya yang mencerminkan kekayaan tradisi dan kearifan lokal Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang.

CCF dimulai dengan Pawai Obor yang diikuti oleh seluruh desa di Kecamatan Candipuro, menciptakan suasana yang khidmat dan meriah di malam pembukaan. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan Grebeg Syuro di Sumbermujur, sebuah ritual tahunan yang penuh makna spiritual. Selain itu, Ritual Ruwat Air di Penanggal juga menjadi salah satu kegiatan yang menarik perhatian banyak pengunjung. Tradisi ini melibatkan prosesi pembersihan sumber air yang diyakini membawa keberkahan dan kesehatan bagi masyarakat setempat.

Kesenian budaya sampyongan atau ojong dari Desa Tambahrejo juga ditampilkan dalam festival ini. Pertunjukan ini memukau penonton dengan gerakan yang energik dan penuh semangat, memperlihatkan keindahan dan keunikan seni bela diri tradisional yang masih lestari di tengah masyarakat. Pawai arak-arakan tumpeng dari Desa Tumpeng dan Desa Jarit menambah semarak rangkaian acara CCF dengan tumpeng besar yang diarak keliling desa, melambangkan rasa syukur dan kebersamaan masyarakat.

Sebagai penutup, Festival Rujak Otek di Desa Sumberwuluh menjadi acara yang sangat dinanti-nantikan. Festival ini bukan hanya menampilkan kelezatan kuliner tradisional rujak otek, tetapi juga menjadi ajang untuk memperkenalkan keunikan dan kekayaan budaya lokal kepada masyarakat luas, termasuk wisatawan mancanegara. Kehadiran turis dari Belanda dan India dalam festival ini menambah semarak acara, sekaligus menjadi langkah penting dalam mempromosikan wisata dan kuliner Desa Sumberwuluh ke mancanegara.

Bu Yuli, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lumajang, dalam sambutannya menyampaikan bahwa Lumajang memiliki potensi wisata yang sangat kaya, baik wisata alam, wisata kuliner, maupun wisata budaya. "Kecamatan Candipuro ini, khususnya, kaya akan wisata budaya yang perlu dioles lagi dan dilestarikan," ujarnya. Menurut Bu Yuli, acara seperti CCF ini sangat penting untuk terus digelar karena dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan dan melestarikan budaya lokal yang berharga.

Festival Rujak Otek dimulai dengan sambutan dari penari maestro, Pak Parmin, yang memukau penonton dengan gerakan tari yang anggun dan penuh makna. Selanjutnya, penampilan tari Gunung Wayang, Tari Godril, dan Tari Topeng Kaliwungu semakin menghidupkan suasana dengan menampilkan kekayaan budaya dan tradisi lokal.

Salah satu momen yang paling dinanti dalam festival ini adalah sesi "Nguleg Rujak Bersama-sama". Para pengunjung diundang untuk meracik rujak otek secara langsung, memberikan pengalaman autentik yang tak terlupakan. Festival ini diikuti oleh 34 penjual rujak dari seluruh Desa Sumberwuluh, masing-masing menampilkan keunikan dan cita rasa khas rujak otek mereka. Panitia menyiapkan sekitar 2300 kupon untuk menikmati rujak gratis, dan diperkirakan jumlah pengunjung mencapai 4500 hingga 5000 orang.

Dengan lokasi yang strategis, menjadi jalur yang dilewati wisatawan yang ingin mengunjungi Air Terjun Tumpak Sewu, Desa Sumberwuluh berupaya menarik perhatian para pelancong untuk singgah dan menikmati keunikan kuliner lokal. Kepala Desa Sumberwuluh, Pak Sulhan, menyampaikan bahwa agenda ini akan dijadikan acara tahunan yang rutin dilaksanakan setiap bulan Syuro. Beliau berharap, melalui festival ini, para penjual rujak otek di Sumberwuluh akan semakin dikenal oleh masyarakat luar dan menarik lebih banyak wisatawan ke desa mereka.

Festival Rujak Otek 2024 tidak hanya menjadi ajang kuliner, tetapi juga simbol kebersamaan dan pelestarian budaya lokal. Diharapkan acara ini terus berkembang dan memberikan dampak positif bagi masyarakat Sumberwuluh serta Kabupaten Lumajang secara keseluruhan.