Deepfake dan Bahaya Manipulasi Video: Ancaman Baru Era Digital

  • Aug 06, 2025
  • Firdaus
  • Informasi

 

Kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) telah membawa berbagai kemudahan dalam kehidupan manusia, namun di sisi lain juga memunculkan ancaman serius terhadap kebenaran dan integritas informasi. Salah satu perkembangan yang paling mengkhawatirkan adalah teknologi deepfake — manipulasi video berbasis AI yang dapat menciptakan rekaman visual seseorang seolah-olah mengatakan atau melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah terjadi.

Fenomena ini kini menjadi sorotan serius di berbagai negara, termasuk Indonesia. Kota Malang sebagai salah satu pusat edukasi dan teknologi di Jawa Timur, turut bergerak cepat dalam membahas dan mengantisipasi dampak buruk dari teknologi deepfake ini.

Apa Itu Deepfake?

Deepfake berasal dari gabungan kata "deep learning" dan "fake". Teknologi ini memungkinkan pengguna untuk mengganti wajah seseorang dalam video, meniru suara, bahkan mengekspresikan mimik secara realistis menggunakan algoritma pembelajaran mesin.

Dalam konteks hiburan, deepfake sempat digunakan secara positif, seperti menghidupkan kembali aktor yang telah wafat atau membuat parodi yang bersifat humor. Namun, dalam konteks sosial dan politik, teknologi ini bisa menjadi alat propaganda yang sangat berbahaya.

Ancaman Nyata di Tahun Politik dan Informasi

Menurut Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Malang, tren penyebaran deepfake meningkat menjelang tahun politik nasional 2025. Video manipulasi terhadap tokoh publik, termasuk pejabat, artis, hingga tokoh agama, mulai muncul di berbagai platform media sosial.

“Bayangkan jika ada video seorang pemimpin nasional sedang mengucapkan pernyataan provokatif, padahal itu hasil manipulasi. Efeknya bisa memicu keresahan publik bahkan kerusuhan,” jelas Ir. Yulianto Santosa, Kepala Diskominfo Malang.

Dampaknya bagi Masyarakat

Bahaya utama dari deepfake adalah kemampuannya dalam merusak kepercayaan publik terhadap bukti visual. Di masa lalu, video dianggap sebagai salah satu alat bukti paling kuat, namun kini masyarakat harus lebih skeptis.

Tak hanya di bidang politik, penyebaran video deepfake juga mulai merambah ke ranah pribadi. Kasus pencemaran nama baik, pemerasan, hingga penyebaran konten intim palsu mulai dilaporkan ke pihak berwenang. Di Malang, dua kasus dugaan penyalahgunaan deepfake dalam hubungan asmara dan bisnis sedang dalam proses investigasi.

Upaya Penanggulangan

Untuk menanggulangi ancaman ini, Diskominfo bekerja sama dengan perguruan tinggi dan startup teknologi di Malang tengah mengembangkan perangkat pendeteksi deepfake. Sistem ini bekerja dengan menganalisis keanehan mikro-ekspresi, pencahayaan tidak konsisten, dan pola gerak yang tidak alami.

“Teknologi harus dilawan dengan teknologi,” ungkap Dr. Fadhlan Alwi, dosen teknik informatika dari Universitas Brawijaya. Ia menambahkan bahwa edukasi publik juga penting, karena deteksi manual pun bisa dilakukan jika masyarakat memahami tanda-tanda umum dari manipulasi video.

Regulasi dan Literasi Digital

Pemerintah pusat juga telah mulai merumuskan regulasi baru untuk mengatur distribusi konten deepfake, termasuk ancaman pidana bagi pelaku. Selain itu, kampanye literasi digital terus digalakkan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap informasi visual yang menyesatkan.

“Jangan langsung percaya, verifikasi dulu. Kritis terhadap informasi adalah pertahanan pertama kita,” pesan Yulianto dalam seminar “Teknologi Aman untuk Semua” yang digelar di Malang Creative Center.

Dengan kerja sama antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat, Kota Malang berharap bisa menjadi salah satu garda terdepan dalam menangkal bahaya deepfake dan menjaga ekosistem digital yang sehat dan aman.

Reporter: Adinda Sekarwangi
Redaksi Teknologi – Malang