AI dan Konten Viral di TikTok: Antara Algoritma dan Kreativitas
- Aug 14, 2025
- Firdaus
- Informasi

TikTok, platform media sosial yang dikenal dengan video berdurasi pendek dan cepat viral, kini semakin mengandalkan kecerdasan buatan (AI) untuk mengatur tren, rekomendasi, dan bahkan menciptakan konten. Fenomena ini membuka peluang sekaligus tantangan baru bagi para kreator, khususnya di Indonesia.
Di Malang, kota yang tumbuh sebagai pusat kreativitas digital anak muda, kehadiran AI dalam dunia TikTok bukan lagi sekadar isu teknologi, tetapi sudah menjadi realitas yang membentuk ekosistem konten.
AI di Balik Layar TikTok
Algoritma TikTok yang terkenal intuitif ternyata ditenagai oleh AI canggih yang mempelajari preferensi pengguna dari setiap tindakan—dari video yang ditonton penuh, yang dilewati, disukai, hingga dikomentari. Dengan pembelajaran mesin (machine learning), sistem mampu menyajikan video yang relevan dalam hitungan detik.
“Konten yang dibuat dengan durasi dan ritme tertentu akan lebih disukai oleh algoritma,” kata Rafi Hakim, konten kreator asal Malang yang memiliki lebih dari 100 ribu pengikut di TikTok. “Saya bahkan mulai memakai AI untuk membantu merancang naskah video dan menentukan waktu unggahan terbaik.”
AI Membantu Produksi Konten
Kini hadir pula berbagai tools berbasis AI yang dapat membantu kreator menghasilkan konten viral. Mulai dari text-to-video generator, voice cloning, subtitle otomatis, hingga analisa tren berdasarkan kata kunci.
Salah satu yang tengah populer di kalangan kreator lokal adalah AI yang dapat membuat skenario singkat dan transisi visual otomatis. “Waktu saya terbatas karena kuliah, jadi pakai AI itu sangat membantu. Saya tinggal masukkan topik, dan AI bantu bikin narasi 15 detik yang catchy,” ujar Dhea Salsabila, mahasiswa dan kreator konten edukasi dari Universitas Brawijaya.
Konten Viral: Strategi atau Keberuntungan?
Meski AI dapat membantu menganalisis dan memperkirakan potensi viralitas suatu konten, faktor keberuntungan dan sisi manusiawi masih memainkan peran besar. Video dengan pesan emosional, cerita personal, atau humor spontan kerap meledak tanpa prediksi.
Namun begitu, AI tetap memberikan keunggulan kompetitif. Kreator bisa melakukan eksperimen cepat dengan berbagai format, dan menyesuaikannya dengan tren yang terdeteksi secara real-time oleh sistem AI.
Etika dan Manipulasi
Seiring dengan kecanggihan AI, muncul pula pertanyaan etis tentang keaslian konten. Video yang tampak alami ternyata bisa saja sepenuhnya buatan AI, termasuk wajah, suara, dan latar belakang. Ini memicu diskusi soal transparansi, kredibilitas, dan batas antara realita dan rekayasa digital.
Pakar teknologi dari Universitas Negeri Malang, Dr. Arina Pratama, menekankan pentingnya literasi digital di kalangan generasi muda. “Kreativitas adalah hal positif, tapi publik harus diajak kritis terhadap konten. Jangan sampai AI digunakan untuk manipulasi atau menyebar hoaks demi keviralan.”
Penutup
AI di TikTok bukan hanya pengatur konten, tapi kini menjadi alat kreatif bagi siapa pun yang ingin tampil dan berbicara ke publik. Di tangan yang tepat, teknologi ini mampu mendorong ekspresi dan inovasi. Namun, tanggung jawab etis tetap harus menjadi fondasi dalam setiap konten yang kita unggah—karena yang viral tak selalu berarti bernilai.