Siswanto Sang Perintis Budidaya Puyuh di Kabupaten Lumajang, Kini Omzet Menurun Akibat Covid 19

  • Jul 15, 2024
  • Kim Kutorenon
  • Komoditas

Kutorenon. KIM – Siswanto warga RT 03 RW 01 Dusun Kepuh Desa Kutorenon Kecamatan Sukodono Lumajang, merupakan salah satu perintis budidaya burung puyuh di Kabupaten Lumajang, usaha tersebut merupakan wujud keinginan kuat Siswanto untuk mengenalkan dan mengembangkan budidaya burung puyuh pada masyarakat Lumajang, serta sebagai upaya meningkatkan penghasilan masyarakat dibidang peternakan puyuh.

Siswanto mengawali budidaya burung puyuh di Lumajang pada tahun 2000 hasil belajar dari saudaranya di Kabupaten Bitar, dirinya memaksimalkan budidaya puyuh secara lengkap, mulai dari pembibitan puyuh, penjualan puyuh remaja, puyuh petelur, puyuh pedaging, penjualan kandang puyuh, hingga penjualan pakan puyuh.

“Saya mengawali budidaya puyuh ini tahun 2000 karena saya senang melihat saudara saya yang sudah sukses di Kediri dan Blitar, dan akhirnya saya belajar di Blitar selama satu minggu,” ujar Siswanto saat dimintai keterangan disela kegiatanya. Senin (15/7/2024)

Siswanto juga menjelaskan tentang besarnya manfaat budidaya burung puyuh secara ekonomi, diantaranya telur dan dagingnya merupakan sumber protein hewani yang murah dan cepat menghasilkan, kotoran puyuh bisa sebagai pupuk organik dan pakan ikan lele, dan tidak membutuhkan tempat yang luas karena kendang puyuh bisa disusun.

“Puyuh mulai bertelur pada usia 40 hari hingga 1 tahun, setelah setahun tidak produktif lagi sehingga bisa dijual dagingnya, dan budidaya puyuh 1000 ekor hanya membutuhkan tempat dengan panjang 6 meter dan lebar 3 meter,” jelasnya.

Siswanto menambahkan, bahwa usaha budidaya puyuhnya pernah mengalami masa kejayaan hingga mempunyai 40 rekanan peternak puyuh hasil binaanya se Kabupaten Lumajang hingga bisa menghabiskan pakan puyuh sebanyak 10 ton selama seminggu, namun setelah adanya wabah Covid 19, budidaya puyuhnya menurun drastis hingga kini hanya tinggal 9 rekanan saja.

“Kini rekanan saya tinggal sedikit, di Lumajang kota hanya tinggal 1, kemudian daerah Grati, Desa Salak, daerah Kunir, dan Kalipepe, karena saat Covid 19 banyak warung langganan telur yang tutup, jajanan sekolah banyak yang libur, hajatan masyarakat tidak diperbolehkan, jadi penjualan telur dan daging puyuh merosot tajam hingga banyak peternak yang tutup,” jelasnya.

Siswanto berharap, semoga budidaya burung puyuh di Kabupaten Lumajang bisa bangkit kembali dengan sentuhan program dari dinas terkait dengan berkolaborasi bersama peternak puyuh yang masih ada, dan kesadaran masyarakat semakin meningkat tentang pentingnya konsumsi protein hewani dari burung puyuh yang sangat murah namun sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak sebagai generasi penerus bangsa. (KIM Kutorenon/Juna)