Harga Gabah Naik Membuat Petani di Kutorenon Lumajang Senang Pendapatan Ikut Naik Sesuai dengan Kerja Kerasnya

  • Jun 27, 2024
  • Kim Kutorenon
  • Komoditas

Kutorenon. KIM – Para petani Kutorenon Kecamatan Sukodono Lumajang merasa senang dan puas karena di akhir bulan Juni 2024 harga jual gabah merangkak naik, sehingga pendapatan petani juga ikut naik sesuai dengan kerja kerasnya. Kenaikan harga gabah tersebut menjadi harapan besar dari para petani ditengah naiknya harga kebutuhan pertanian mereka. Dan kenaikan tersebut akibat sedikitnya stok beras di tempat penggilingan padi karena sedikitnya petani yang memanen hasil pertanianya.

“Alhamdulillah harga gabah naik sehingga pendapatan petani juga ikut naik walaupun bobot gabah turun, jarang-jarang petani merasakan senang seperti ini,” ujar salah satu petani Desa Kutorenon, abdillah saat diminta keterangannya di sela kesibukannya. Kamis (27/6/2024)

Abdillah juga menjelaskan, bahwa kanaikan harga gabah sangat tergantung dari stok beras yang ada di penggilingan padi, dan stok beras sangat bergantung dari tingkat panen gabah dari para petani. Jadi semakin sedikit petani yang panen hasil pertaniannya, maka harga gabah akan semakin naik.

“Kali ini harga gabah per kilo rata-rata mencapai Rp7.000 keatas, ini karena petani yang panen jumlahnya sedikit,” ujarnya.

Abdillah menambahkan, bahwa kenaikan harga gabah juga karena imbas dari penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dalam menentukan standar harga gabah terendah di tingkat petani. Menurut informasi dari Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), bahwa HPP di tingkat petani mencapai Rp6.000 per Kg.

“Harga standart terendah gabah sekarang mencapai Rp6.000 per Kg, karena banyak biaya yang naik juga, seperti naiknya ongkos angkut atau manol, harga pupuk non subsidi juga mahal karena jatah pupuk subsidi tidak mencukupi untuk kebutuhan di sawah,” ujarnya.

Abdillah berharap, semoga kenaikan harga gabah bisa meningkatkan kesejahteraan para petani, namun kenaikan gabah tersebut harus tetap terkontrol oleh pemerintah agar harga beras tidak terlalu tinggi, sehingga masih terjangkau oleh daya beli masyarakat. (KIM Kutorenon/Juna)