Dingin : Warga Tunjungrejo Hadapi Suhu Ekstrem di Puncak Kemarau

  • Jul 20, 2025
  • GATRA DWI PATMA
  • LINGKUNGAN HIDUP

‎Tunjungrejo, Lumajang, 20 Juli 2025 – Pagi ini, warga Tunjungrejo, Yosowilangun, Lumajang, kembali merasakan hawa dingin yang menusuk tulang. Fenomena suhu rendah ini bukan lagi hal baru, namun intensitasnya belakangan semakin terasa, seiring dengan puncak musim kemarau yang diprediksi BMKG akan terjadi pada Juli hingga September.

‎Monsun Australia dan Ketinggian Jadi Biang Kerok

‎Seperti yang dijelaskan oleh BMKG, dua faktor utama menjadi penyebab fenomena dingin ekstrem ini. Pertama, adalah Angin Monsun Australia. Angin ini bertiup dari daratan Benua Australia yang saat ini sedang mengalami musim dingin, membawa massa udara yang kering dan dingin melintasi Samudera Hindia dan masuk ke wilayah Indonesia, khususnya bagian selatan khatulistiwa seperti Pulau Jawa. Udara kering yang dibawa oleh Monsun Australia ini membuat panas dari permukaan bumi lebih mudah terlepas ke atmosfer pada malam hari tanpa terperangkap oleh uap air atau awan, sehingga suhu turun drastis menjelang pagi.

‎Faktor kedua adalah ketinggian wilayah. Meskipun Tunjungrejo bukan dataran tinggi ekstrem, secara umum wilayah Lumajang, terutama yang dekat dengan gugusan pegunungan seperti Bromo-Semeru, memang memiliki karakteristik udara yang lebih sejuk. Udara dingin cenderung mengendap di lembah dan dataran rendah pada malam hari, memperkuat sensasi dingin di permukiman seperti Tunjungrejo.

‎Waspada Kesehatan dan Jaga Diri

‎Fenomena dingin ekstrem ini tidak hanya berdampak pada kenyamanan, tetapi juga berpotensi memengaruhi kesehatan masyarakat.