Wearable Device dengan AI Diagnostik Dini, Dorong Pencegahan Penyakit Lebih Cepat
- Jul 24, 2025
- Firdaus
- Informasi

Teknologi kesehatan terus mengalami kemajuan yang luar biasa. Salah satu inovasi paling menonjol saat ini adalah kehadiran wearable device yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan (AI). Perangkat ini bukan hanya sebagai pelacak aktivitas fisik, tetapi telah berevolusi menjadi alat diagnostik dini yang mampu membantu pengguna mendeteksi tanda-tanda awal penyakit secara real-time dan akurat.
Di kota Malang, minat masyarakat terhadap kesehatan berbasis teknologi mulai meningkat. Banyak kalangan muda hingga lansia kini mulai memakai jam tangan pintar, gelang kebugaran, hingga patch tubuh pintar yang memiliki sensor biometrik canggih. Perangkat-perangkat ini mampu memantau detak jantung, tekanan darah, kadar oksigen, kualitas tidur, dan bahkan indikasi stres dan kelelahan mental.
Namun, yang membedakan wearable masa kini dari generasi sebelumnya adalah kemampuan AI untuk menganalisis data secara mendalam dan memberikan peringatan dini terhadap potensi gangguan kesehatan. Sebagai contoh, smartwatch dengan fitur ECG dan analisis ritme jantung berbasis AI kini mampu mendeteksi kemungkinan fibrilasi atrium sebelum gejalanya muncul. Beberapa model bahkan telah mampu mendeteksi pola pernapasan yang mengarah pada sleep apnea, serta perubahan kulit yang mengindikasikan masalah gula darah atau dehidrasi.
Menurut Dr. Ahmad Faizal, dokter umum di salah satu klinik swasta di Malang, wearable dengan AI sangat membantu untuk pemantauan pasien yang memiliki risiko penyakit kronis. “Pasien hipertensi atau diabetes yang memakai perangkat ini jadi lebih waspada. AI-nya memberi notifikasi otomatis bila tekanan darah naik atau gula darah mendekati ambang bahaya. Ini sangat membantu untuk tindakan cepat sebelum kondisi memburuk,” ungkapnya.
Salah satu pelajar SMA Negeri di Malang, Rina (17), juga mengaku terbantu dengan perangkat wearable yang ia pakai. “Dulu saya sering lelah dan sakit kepala. Ternyata jam saya mendeteksi pola tidur yang sangat tidak teratur. Setelah saya perbaiki pola tidur, keluhan saya jauh berkurang,” ceritanya.
Selain digunakan secara pribadi, beberapa fasilitas layanan kesehatan di Malang mulai memanfaatkan wearable device dengan AI untuk mendukung telemedicine dan monitoring jarak jauh. Puskesmas-puskesmas tertentu telah menguji coba program pemantauan lansia dan penderita penyakit jantung lewat sistem ini. Data dari wearable akan dikirim ke pusat data medis, dianalisis AI, dan akan ditindaklanjuti jika ditemukan anomali.
Meski demikian, tantangan penggunaan teknologi ini tetap ada. Harga perangkat yang masih relatif tinggi, kekhawatiran soal privasi data, dan belum meratanya literasi digital menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan penyedia layanan. Untuk itu, edukasi kepada masyarakat tentang cara menggunakan wearable device dengan aman dan efektif sangat penting dilakukan.
Di masa depan, wearable device dengan AI diprediksi akan semakin canggih. Beberapa pengembang sudah menguji coba fitur deteksi kanker dini, stroke, dan infeksi virus melalui perubahan biometrik mikro. Jika dikembangkan secara tepat dan merata, teknologi ini akan menjadi pilar utama dalam mewujudkan sistem kesehatan prediktif dan preventif di Indonesia.
Dengan adanya wearable AI yang terus berkembang, harapan terhadap deteksi dan penanganan dini penyakit kini menjadi kenyataan. Malang, sebagai kota pendidikan dan inovasi, punya potensi besar menjadi percontohan pemanfaatan teknologi ini secara berkelanjutan.