Tradisi witiran di Mushola dan Masjid NU
- Mar 15, 2025
- Tri Istikomah



Tradisi Witiran di Nahdlatul Ulama: Penanda 15 Hari Puasa dan Dimulainya Qunut di Rakaat Terakhir
Oleh: Tri Istikomah
Puasa Ramadan telah memasuki hari ke-15, dan bagi warga Nahdlatul Ulama (NU), ini menjadi momentum penting dalam menjalankan ibadah. Salah satu tradisi yang masih lestari di kalangan Nahdliyin adalah witiran, sebuah amalan yang menandai separuh perjalanan ibadah puasa sekaligus menjadi awal dimulainya bacaan qunut dalam shalat Witir.
Makna Witiran bagi Warga NU
Witiran adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada shalat Witir yang dikerjakan setelah shalat Tarawih di malam ke-15 Ramadan. Tradisi ini telah menjadi bagian dari kebiasaan warga NU di berbagai daerah sebagai simbol bahwa separuh bulan suci telah dilewati dengan penuh ketaatan.
Selain itu, momen ini juga menjadi penanda bahwa mulai malam ke-16, jamaah akan membaca doa qunut pada rakaat terakhir shalat Witir. Dalam tradisi NU, qunut Witir di paruh kedua Ramadan memiliki landasan kuat dalam berbagai kitab fiqih, terutama dalam mazhab Syafi'i yang dianut mayoritas Nahdliyin.
Dalam tradisi ini biasanya dilakukan do'a bersama setelah sholat tarawih dengan membawa Asahan yang berisi lontong , ketupat, dan lepet yang di lengkapi dengan sayurnya.
Dasar Dalil dan Keutamaan Qunut Witir
Bacaan qunut pada rakaat terakhir shalat Witir dalam 15 malam terakhir Ramadan merujuk pada beberapa pendapat ulama yang bersumber dari hadis dan kitab-kitab klasik. Di antaranya, Imam Syafi'i dalam Al-Umm menjelaskan bahwa membaca qunut dalam shalat Witir pada separuh akhir Ramadan adalah sunnah yang dianjurkan.
Rasulullah ﷺ sendiri pernah mengajarkan doa qunut dalam berbagai kesempatan, termasuk dalam shalat Witir. Oleh karena itu, amalan ini telah menjadi bagian dari tradisi warga NU sebagai bentuk pengamalan sunnah yang diwariskan oleh para ulama terdahulu.
Kekhusyukan Ibadah di 15 Hari Terakhir
Masuknya malam ke-16 Ramadan juga menjadi motivasi bagi umat Islam untuk semakin meningkatkan ibadah. Selain qunut Witir, jamaah juga mulai lebih serius dalam mempersiapkan diri menghadapi malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir, terutama untuk meraih keutamaan Lailatul Qadar.
Di banyak masjid dan mushala NU, malam witiran sering kali diisi dengan pengajian, tadarus Al-Qur’an, dan muhasabah diri. Jamaah diingatkan agar lebih semangat dalam beribadah dan tidak mengendurkan semangat setelah melewati separuh bulan puasa.
Kesimpulan
Tradisi witiran bukan sekadar rutinitas, tetapi merupakan bagian dari kekayaan spiritual warga Nahdlatul Ulama dalam menjalankan Ramadan. Dengan dimulainya pembacaan qunut di rakaat terakhir shalat Witir, jamaah diajak untuk semakin khusyuk dalam ibadah, memperkuat doa, dan memohon keberkahan di malam-malam penuh kemuliaan.
Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk menyempurnakan ibadah Ramadan dengan penuh keikhlasan dan mendapatkan rahmat serta ampunan dari Allah ﷻ.
Wallahu a'lam bish-shawab.