Stop Scroll Media Sosial Sebelum Tidur
- Jul 11, 2025
- Firdaus
- Edukasi

Malang, 11 Juli 2025 — Di era digital yang serba cepat, kebiasaan menggulir media sosial (scrolling) sebelum tidur menjadi rutinitas bagi banyak orang. Sayangnya, aktivitas yang tampaknya ringan ini justru berdampak buruk bagi kesehatan tidur dan keseimbangan mental.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa terlalu lama mengakses media sosial di malam hari dapat mengganggu kualitas tidur, meningkatkan kecemasan, dan memengaruhi mood keesokan harinya. Paparan cahaya biru dari layar ponsel juga menghambat produksi hormon melatonin, yaitu hormon yang membantu tubuh merasa mengantuk secara alami.
Menurut psikolog klinis dari Universitas Brawijaya Malang, dr. Dewi Kartikasari, M.Psi, otak membutuhkan waktu untuk “tenang” sebelum memasuki fase tidur. “Saat kita scrolling media sosial, terutama konten yang memicu emosi seperti berita buruk atau perbandingan sosial, otak justru menjadi aktif, bukan rileks. Ini menghambat proses tidur yang berkualitas,” jelasnya.
Banyak pengguna media sosial tak sadar telah menghabiskan 30 menit hingga 2 jam hanya untuk melihat-lihat konten yang tidak penting sebelum tidur. Akibatnya, waktu tidur menjadi lebih singkat, tidur terasa tidak nyenyak, dan tubuh bangun dalam keadaan lesu.
Di Kota Malang, fenomena ini mulai mendapat perhatian dari berbagai pihak. Beberapa sekolah dan lembaga kesehatan kini menyosialisasikan kampanye “Digital Wind Down” atau pembatasan gadget satu jam sebelum tidur. Dinas Kesehatan Kota Malang juga mendukung inisiatif ini sebagai langkah preventif terhadap gangguan tidur dan stres digital.
“Remaja dan dewasa muda adalah kelompok paling rentan. Mereka perlu dibiasakan untuk mengalihkan perhatian dari layar ke aktivitas yang menenangkan seperti membaca buku fisik, menulis jurnal, atau mendengarkan musik relaksasi,” ujar dr. Nina Safitri, Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Malang.
Beberapa warga Malang telah mencoba “puasa gadget malam hari” dan merasakan manfaatnya. Rizky Ananda (27), seorang pekerja kantoran, mengaku mulai membatasi akses media sosial sejak pukul 21.00. “Awalnya susah, tangan rasanya gatal pengin buka Instagram. Tapi setelah seminggu, tidur jadi lebih cepat dan bangun lebih segar,” ujarnya.
Langkah kecil seperti mengaktifkan mode malam, menonaktifkan notifikasi, atau menyimpan ponsel di luar kamar tidur bisa sangat membantu. Banyak aplikasi sekarang juga menyediakan fitur pelacak waktu layar untuk membantu pengguna menyadari seberapa lama mereka menghabiskan waktu di dunia maya.
Menurut dr. Dewi, perubahan ini mungkin tidak mudah pada awalnya, tapi sangat penting untuk kesehatan jangka panjang. “Kualitas tidur berkaitan langsung dengan fungsi kognitif, daya tahan tubuh, dan kestabilan emosi. Jangan biarkan kebiasaan digital merusak jam biologis kita,” tambahnya.
Dengan menghentikan kebiasaan scroll media sosial sebelum tidur, kita memberikan kesempatan bagi otak dan tubuh untuk benar-benar beristirahat. Tidur yang nyenyak adalah pondasi kesehatan—fisik maupun mental.