Rahasia Barista Profesional: Cara Mengolah Kopi yang Aman untuk Penderita GERD
- Aug 10, 2025
- Lion Wahyu
- Edukasi, Kesehatan, Informasi

Rahasia Barista Profesional: Cara Mengolah Kopi yang Aman untuk Penderita GERD
Malang – Bagi sebagian orang, menikmati secangkir kopi di pagi hari adalah rutinitas yang tidak tergantikan. Namun, bagi penderita GERD (Gastroesophageal Reflux Disease), kopi sering dianggap sebagai pemicu utama naiknya asam lambung. Kabar baiknya, menurut beberapa barista profesional, ada cara pengolahan kopi yang dapat mengurangi efek tersebut, bahkan membuat kopi tetap aman dikonsumsi dalam batas wajar.
Di salah satu kedai kopi spesialti di Kota Malang, Barista profesional, Andhika Rahman, membagikan pengalamannya dalam mengolah kopi yang ramah lambung. “Kopi bukan musuh, yang jadi masalah itu cara mengolahnya—dari biji sampai cara seduh,” ujar pria yang telah menekuni dunia kopi selama lebih dari 10 tahun ini.
1. Pilih Biji Kopi Arabika Berkualitas Tinggi
Menurut Andhika, langkah pertama agar kopi tidak memicu GERD adalah memilih jenis kopi Arabika. Kopi Arabika memiliki kadar kafein dan keasaman (acidity) yang lebih rendah dibandingkan dengan Robusta.
“Kami merekomendasikan biji kopi Arabika dari dataran tinggi, seperti dari Bajawa (NTT) atau Kintamani (Bali), yang punya karakter rasa ringan dan tidak terlalu asam,” jelasnya.
Biji kopi juga harus fresh roast (disangrai segar) dan tidak terlalu gelap. Proses sangrai yang terlalu lama dapat meningkatkan senyawa yang memperberat kerja lambung.
2. Gunakan Metode Seduh Manual yang Tepat
Cara seduh juga berpengaruh besar. Barista merekomendasikan metode seduh manual seperti pour over (V60), AeroPress, atau French Press, dibandingkan espresso atau kopi tubruk. Metode ini cenderung menghasilkan kopi dengan kadar minyak dan residu lebih sedikit, serta tidak terlalu pekat.
“Air panas jangan lebih dari 90–92 derajat Celsius, dan waktu penyeduhan jangan terlalu lama. Kalau over extracted, kadar asam dan pahit akan naik,” jelas Andhika sambil menunjukkan teknik V60 di kedainya.
Ia juga menyarankan menghindari air terlalu panas atau penyeduhan terlalu cepat, karena bisa menyebabkan ketidakseimbangan rasa dan tekanan di lambung.
3. Jangan Minum Kopi Saat Perut Kosong
Ini yang sering dilupakan. Banyak orang langsung minum kopi di pagi hari sebelum sarapan. Kebiasaan ini, menurut para ahli dan barista, adalah salah satu pemicu utama gangguan asam lambung.
“Kopi sebaiknya diminum setelah makan ringan, bukan saat perut kosong. Idealnya, beri jeda 30–60 menit setelah makan,” ujar Andhika.
4. Hindari Menambahkan Bahan Asam dan Susu Sembarangan
Bagi penderita GERD, menambahkan susu atau pemanis buatan bisa jadi bumerang. Beberapa produk susu mengandung laktosa tinggi yang justru memicu produksi asam lambung.
Solusinya? Gunakan susu nabati non-asam seperti oat milk, atau minum kopi hitam murni tanpa gula, tapi dalam takaran ringan. Jika ingin menambahkan pemanis, gunakan madu atau gula kelapa dalam jumlah sangat sedikit.
5. Dosis dan Waktu Minum yang Tepat
Dosis juga berpengaruh. Barista menyarankan maksimal 1 cangkir (±150–200 ml) per hari untuk penderita GERD. Waktu terbaik adalah di antara pukul 09.00–11.00 pagi, ketika produksi asam lambung relatif stabil.
Hindari minum kopi sore hari atau menjelang tidur, karena dapat memicu refluks malam hari dan mengganggu kualitas tidur.
Edukasi Kopi Ramah Lambung Semakin Diperluas
Kedai tempat Andhika bekerja kini rutin mengadakan kelas kopi ramah lambung, bekerja sama dengan ahli gizi dan komunitas kesehatan. Tujuannya adalah mengedukasi masyarakat bahwa menikmati kopi tidak harus menyakiti lambung, asal tahu cara mengolahnya dengan benar.
“Minum kopi itu soal rasa dan proses. Kalau tahu ilmunya, kopi bisa jadi sahabat tubuh, bukan musuh,” tutup Andhika.
Penutup
Dengan pemilihan biji yang tepat, metode seduh yang terkontrol, serta disiplin waktu konsumsi, penderita GERD tetap bisa menikmati secangkir kopi tanpa khawatir. Karena pada akhirnya, kopi bukan sekadar minuman—ia adalah seni, ilmu, dan pengalaman yang bisa disesuaikan dengan tubuh kita sendiri.