Petani Organik Ajarkan Hidup Seimbang

  • Jul 15, 2025
  • Firdaus
  • Edukasi, Pertanian

 


 

Malang, 15 Juli 2025 — Di tengah gempuran modernisasi pertanian berbasis bahan kimia, sekelompok petani di Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu (wilayah Malang Raya), memilih jalur berbeda: kembali ke alam. Mereka menerapkan metode pertanian organik dan kini aktif mengedukasi masyarakat tentang pentingnya hidup seimbang, tidak hanya dari sisi konsumsi makanan, tetapi juga dari hubungan manusia dengan alam.

Kelompok Tani “Lestari Bumi” yang digagas oleh Sutrisno (45 tahun) sejak tahun 2020 ini telah berkembang menjadi pusat pelatihan pertanian organik yang rutin dikunjungi pelajar, mahasiswa, hingga ibu rumah tangga. Di lahan seluas dua hektare, kelompok ini menanam aneka sayuran organik seperti bayam, kangkung, wortel, dan tomat tanpa pupuk kimia maupun pestisida sintetis.

“Awalnya sulit karena orang sudah terbiasa pakai pupuk kimia untuk hasil cepat. Tapi kami percaya, alam punya caranya sendiri jika kita sabar dan merawatnya dengan benar,” ujar Sutrisno. Baginya, bertani organik bukan hanya soal hasil panen, tetapi juga filosofi hidup sehat dan seimbang.

Melalui pendekatan edukatif, Sutrisno dan kelompoknya mengajarkan bahwa hidup sehat bukan hanya dari apa yang dimakan, tapi juga dari cara kita memperlakukan lingkungan. Para peserta pelatihan diajak memahami siklus tanah, pentingnya mikroorganisme, serta bagaimana pola tanam ramah lingkungan berdampak langsung pada kesehatan manusia.

Salah satu peserta pelatihan, Aulia Rahma, mahasiswi pertanian dari Universitas Muhammadiyah Malang, mengaku banyak belajar tentang keterkaitan antara pertanian dan keseimbangan hidup. “Selama ini kami belajar teori di kampus, tapi di sini saya melihat langsung bagaimana mencintai tanah dan hasilnya bisa membuat tubuh lebih sehat,” ujarnya.

Pertanian organik yang dijalankan Lestari Bumi tidak hanya menghasilkan sayuran bebas pestisida, tetapi juga membangun sistem ekonomi berkelanjutan. Produk sayur segar dijual langsung ke konsumen melalui program langganan mingguan, tanpa perantara. Konsumen bahkan bisa datang sendiri ke kebun untuk memetik sayur, yang sekaligus menjadi wisata edukasi keluarga.

Menurut Dinas Pertanian Kota Batu, kegiatan kelompok ini mendukung visi pemerintah dalam mengembangkan pertanian berkelanjutan dan agroekowisata. “Mereka tidak hanya menanam, tapi juga membangun kesadaran masyarakat untuk hidup lebih sehat dan selaras dengan alam,” kata Agus Budiarto, SP, dari Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pertanian.

Dalam setiap sesi pelatihan, peserta juga diajak berdiskusi tentang gaya hidup alami, termasuk pengurangan konsumsi makanan instan, pentingnya air bersih, dan menjaga pola tidur. Sutrisno menyebutnya sebagai konsep “hidup seimbang” yang lahir dari tanah dan kembali ke tanah.

“Kalau kita makan sehat dari hasil yang sehat, hati juga jadi tenang. Tidak buru-buru, tidak rakus, dan lebih menghargai proses,” tambah Sutrisno.

Dari ladang kecil di kaki Gunung Panderman inilah, semangat hidup seimbang terus ditanamkan. Petani organik bukan hanya menjaga tanah, tapi juga menjaga kesadaran manusia untuk kembali hidup selaras dengan alam — demi tubuh yang sehat dan bumi yang lestari.