Peran Inhalasi dan Fisioterapi Dada dalam Mengelola Asma Pediatrik

  • Jul 14, 2025
  • Anwar
  • Kesehatan

 

Sinergi Dua Pendekatan untuk Menurunkan Frekuensi Serangan dan Meningkatkan Fungsi Paru Anak

Malang, 14 Juli 2025 — Asma pada anak atau asma pediatrik merupakan salah satu penyakit kronis saluran napas yang paling sering dijumpai di Indonesia. Ditandai dengan batuk berulang, sesak napas, napas berbunyi (wheezing), dan keterbatasan aktivitas fisik, kondisi ini membutuhkan penanganan jangka panjang yang menyeluruh. Salah satu kombinasi intervensi yang efektif adalah penggunaan terapi inhalasi dan fisioterapi dada (chest physiotherapy).

Pendekatan ini tidak hanya membantu melegakan saluran napas secara cepat saat serangan asma, tetapi juga mendukung pembersihan lendir dan peningkatan efisiensi pernapasan secara keseluruhan, terutama pada anak-anak yang mengalami gejala berulang.

Terapi Inhalasi: Solusi Cepat dalam Mengatasi Serangan

Terapi inhalasi, baik dengan nebulizer maupun inhaler dengan spacer, menjadi bagian penting dalam pengelolaan asma pediatrik. Obat-obatan seperti bronkodilator dan kortikosteroid diberikan langsung ke paru-paru, sehingga bekerja lebih cepat dan memiliki efek samping sistemik yang lebih sedikit dibandingkan obat oral.

“Inhalasi membantu membuka saluran napas yang menyempit akibat peradangan, terutama saat serangan akut. Ini sangat efektif pada anak usia dini yang belum bisa mengatur pernapasan secara sadar,” jelas dr. Dian Pertiwi, Sp.A, dari RSUP Persahabatan Jakarta.

Namun, penggunaan inhalasi secara mandiri tidak cukup untuk menangani masalah lendir berlebih dan sumbatan saluran napas yang sering menyertai asma. Di sinilah peran fisioterapi dada menjadi krusial.

Fisioterapi Dada: Membantu Mengeluarkan Sekresi dan Meningkatkan Ventilasi

Fisioterapi dada meliputi teknik-teknik seperti perkusi (tapping), vibrasi, drainase postural, dan latihan napas. Pada anak dengan asma, terapi ini bertujuan untuk:

  • Membantu mengeluarkan lendir dari saluran napas kecil,

  • Meningkatkan pola napas efisien,

  • Mencegah atelektasis (kolapsnya sebagian paru),

  • Membantu mengurangi kebutuhan rawat inap akibat eksaserbasi berulang.

Fisioterapis anak juga mengajarkan latihan pernapasan seperti pursed-lip breathing dan latihan napas diafragma untuk meningkatkan kontrol pernapasan anak, terutama saat beraktivitas fisik.

“Fisioterapi dada bukan hanya untuk pasien paru berat. Pada anak dengan asma, ini bisa mencegah lendir terjebak dan memperbaiki pola napas jangka panjang,” ujar Dini S.Ft, fisioterapis pediatrik di Klinik As-Syifa Bandung.

Sinergi Efektif: Kombinasi yang Menyeluruh

Ketika terapi inhalasi dan fisioterapi dada digunakan bersamaan, manfaat yang diperoleh jauh lebih maksimal. Inhalasi membantu membuka saluran napas, sehingga lendir lebih mudah dikeluarkan melalui fisioterapi. Sementara itu, fisioterapi memperkuat efektivitas inhalasi dengan memastikan saluran napas tetap bersih dan terbuka.

Orang tua juga mendapat edukasi bagaimana melakukan fisioterapi sederhana di rumah, seperti posisi drainase dan teknik batuk efektif, sehingga perawatan dapat berlanjut di luar rumah sakit.

Kesimpulan: Mengelola Asma dengan Pendekatan Terintegrasi

Inhalasi dan fisioterapi dada adalah kombinasi terapi yang saling melengkapi dalam mengelola asma pediatrik. Dengan peran aktif keluarga dan dukungan tenaga medis, anak-anak dengan asma bisa tumbuh lebih sehat, aktif, dan terbebas dari keterbatasan akibat gangguan pernapasan.