Mobilisasi Sendi Ankle Pasca Gips Clubfoot

  • Jul 12, 2025
  • Anwar
  • Edukasi, Kesehatan

 

Langkah Penting Setelah Koreksi Awal Clubfoot

Malang 12 juli 2025 – Penanganan clubfoot atau kaki pengkor (talipes equinovarus) melalui metode Ponseti telah terbukti efektif dalam mengoreksi kelainan bentuk kaki pada bayi. Prosedurnya melibatkan manipulasi dan pemasangan gips serial untuk memperbaiki posisi kaki secara bertahap. Namun, setelah fase gips selesai, pekerjaan belum selesai—mobilisasi sendi ankle menjadi langkah krusial untuk mengembalikan fungsi gerak secara menyeluruh.

“Setelah fase gips, banyak anak mengalami keterbatasan gerak aktif dan pasif pada sendi ankle. Di sinilah pentingnya mobilisasi untuk mencegah kekakuan dan memfasilitasi perkembangan motorik normal,” jelas dr. Yusuf Rahmat, Sp.KFR, dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi dari RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta.

Mengapa Sendi Ankle Harus Dimobilisasi?

Selama beberapa minggu atau bulan gips dipasang, pergerakan sendi kaki bayi sangat terbatas. Hal ini menyebabkan otot, ligamen, dan kapsul sendi mengalami kekakuan. Bila tidak segera dilakukan mobilisasi setelah gips dilepas, risiko kekakuan sendi, gangguan berjalan, hingga kekambuhan deformitas meningkat.

“Sendi ankle adalah pusat pergerakan saat berjalan, melompat, dan menjaga keseimbangan. Kalau tidak dilatih sejak dini, anak akan mengalami keterlambatan motorik,” tegas dr. Yusuf.

Tahapan Mobilisasi Sendi Ankle

Menurut Fisioterapis pediatri, Intan Permata S.Ft, mobilisasi dilakukan secara bertahap, mulai dari pasif hingga aktif:

  1. Mobilisasi Pasif Awal
    Setelah gips dilepas, fisioterapis akan menggerakkan ankle secara perlahan dalam arah dorsiflexion (menarik jari kaki ke arah kepala) dan plantarflexion (menekan jari kaki ke bawah). Tujuannya untuk mempertahankan dan meningkatkan rentang gerak sendi.

  2. Latihan Aktif Terbimbing
    Anak diajak melakukan gerakan ankle secara aktif, seperti menendang ringan atau mengayun kaki saat tengkurap. Bisa dilakukan dengan permainan atau stimulasi sensorik agar lebih menarik bagi anak.

  3. Latihan Beban Ringan dan Fungsional
    Setelah kontrol gerak membaik, latihan berdiri, berjalan, dan menjejak diberikan secara bertahap untuk memperkuat otot betis dan otot kecil kaki.

  4. Peregangan dan Peregangan Dinamis
    Peregangan otot betis, peroneus, dan tibialis anterior dilakukan secara lembut dan rutin untuk mencegah kembali terjadi penarikan otot yang bisa memicu kekambuhan clubfoot.

Peran Orang Tua dalam Terapi Harian

Terapi di klinik hanya sebagian dari proses rehabilitasi. Orang tua harus dilatih untuk melakukan mobilisasi ringan di rumah, seperti menggerakkan pergelangan kaki saat mengganti popok atau sebelum tidur.

“Mobilisasi bisa dilakukan sambil bermain. Misalnya saat bayi tengkurap, letakkan mainan di sisi kanan dan kiri agar dia menendang ke arah tersebut,” ujar Intan.

Kombinasi dengan Orthosis dan Brace

Pasca gips, penggunaan brace (seperti sepatu Denis Browne) tetap diperlukan untuk menjaga posisi kaki. Namun, mobilisasi tidak boleh diabaikan karena brace bersifat pasif, sedangkan mobilisasi aktif merangsang otot dan saraf.

“Brace menjaga bentuk, tapi mobilisasi memulihkan fungsi,” tambah dr. Yusuf.

Kesimpulan: Jangan Berhenti di Gips

Pemulihan clubfoot tidak berhenti saat gips dilepas. Mobilisasi sendi ankle adalah jembatan penting antara koreksi struktural dan fungsi motorik. Dengan terapi yang terstruktur dan konsisten, anak bisa mencapai kemampuan berjalan yang normal, stabil, dan bebas keluhan.

“Jangan biarkan sendi yang sudah dikoreksi menjadi kaku. Gerakkan, latih, dan dukung anak agar bisa melangkah dengan percaya diri,” tutup dr. Yusuf.