Manajemen Exercise Training untuk Anak dengan Penyakit Jantung Kongenital

  • Jul 14, 2025
  • Anwar
  • Kesehatan, Balita

 

Pendekatan Terstruktur untuk Meningkatkan Kapasitas Fisik dan Kualitas Hidup Sejak Dini

Malang,14 Juli 2025 — Penyakit jantung kongenital (PJK) adalah kelainan struktural pada jantung yang sudah ada sejak lahir. Di Indonesia, ribuan anak lahir setiap tahunnya dengan berbagai bentuk PJK, seperti defek septum, stenosis katup, hingga transposisi arteri besar. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada fungsi jantung, tetapi juga pada keterbatasan fisik dan kemampuan aktivitas anak sehari-hari.

Salah satu intervensi yang kini menjadi perhatian utama dalam rehabilitasi anak dengan PJK adalah exercise training atau pelatihan fisik terstruktur yang disesuaikan dengan kemampuan jantung anak. Dengan manajemen yang tepat, latihan ini terbukti mampu meningkatkan daya tahan kardiorespirasi, kekuatan otot, dan kualitas hidup secara keseluruhan.

Tantangan Aktivitas Fisik pada Anak dengan PJK

Anak dengan PJK sering kali mengalami kelelahan cepat, sesak napas saat aktivitas, dan keterlambatan perkembangan motorik akibat keterbatasan aliran darah dan oksigen ke jaringan. Akibatnya, mereka cenderung lebih pasif dan memiliki risiko rendahnya kebugaran fisik di kemudian hari.

“Banyak orang tua khawatir membiarkan anak mereka aktif, padahal aktivitas fisik justru penting untuk menunjang fungsi jantung dan paru,” ungkap dr. Widya Astuti, Sp.A(K), konsultan kardiologi anak dari RSCM Jakarta.

Dengan pendampingan yang tepat dari fisioterapis, latihan fisik bisa dilakukan secara aman, terkontrol, dan memberi manfaat jangka panjang.

Program Exercise Training: Apa Saja yang Diterapkan?

Manajemen exercise training untuk anak dengan PJK dilakukan secara individual, disesuaikan dengan klasifikasi fungsional, status medis, dan hasil pemeriksaan awal seperti tes toleransi latihan (misalnya: 6-Minute Walk Test atau Modified Harvard Step Test).

Program latihan meliputi:

  • Latihan aerobik ringan hingga sedang seperti jalan cepat, bersepeda statis, atau berenang.

  • Latihan penguatan otot dengan beban tubuh (bodyweight) yang aman dan progresif.

  • Latihan fleksibilitas dan koordinasi, terutama untuk anak dengan keterlambatan motorik.

  • Pendidikan aktivitas harian dan teknik pengaturan napas agar anak mampu mengontrol kelelahan.

Fisioterapis juga memantau frekuensi denyut jantung, saturasi oksigen (SpO₂), dan toleransi fisik anak selama latihan, untuk mencegah risiko kelelahan atau gangguan irama jantung.

Dampak Positif dan Dukungan Keluarga

Studi menunjukkan bahwa anak dengan PJK yang mengikuti program latihan fisik rutin memiliki kapasitas fungsional lebih tinggi, tingkat partisipasi sekolah yang lebih baik, serta peningkatan kepercayaan diri. Tidak kalah penting, latihan ini membantu mengurangi ketergantungan pada pengawasan medis intensif.

Orang tua juga dilibatkan aktif dalam manajemen, baik dalam sesi edukasi maupun home program latihan ringan yang bisa dilakukan bersama di rumah.

“Anak saya sekarang lebih semangat sekolah dan tidak cepat lelah lagi, padahal dulu jalan 100 meter saja sudah ngos-ngosan,” ujar Fina, ibu dari anak dengan defek septum atrium yang mengikuti program latihan di RS Jantung Harapan Kita.

Kesimpulan: Menata Masa Depan Lebih Sehat Sejak Dini

Manajemen exercise training pada anak dengan penyakit jantung kongenital bukan sekadar olahraga, tetapi bentuk intervensi terapi fisik yang berperan besar dalam proses rehabilitasi jangka panjang. Dengan pengawasan medis dan fisioterapi yang tepat, anak-anak dengan PJK dapat tumbuh aktif, sehat, dan memiliki kualitas hidup yang optimal.