Kurangi Gula Tambahan untuk Hidup Lebih Lama
- Jul 07, 2025
- Firdaus
- Edukasi, Kesehatan

Malang, 07 Juli 2025 — Konsumsi gula tambahan secara berlebihan kini menjadi perhatian serius di dunia kesehatan. Di balik rasa manisnya yang menggoda, gula tambahan ternyata memiliki dampak buruk terhadap tubuh jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Para ahli gizi menyarankan masyarakat untuk mulai mengurangi asupan gula tambahan demi meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang usia harapan hidup.
Gula tambahan adalah gula yang ditambahkan dalam makanan atau minuman selama proses pengolahan, seperti gula pasir, sirup jagung tinggi fruktosa, dan pemanis buatan lainnya. Gula ini berbeda dengan gula alami yang terdapat dalam buah atau susu. Konsumsi gula tambahan yang berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko berbagai penyakit kronis seperti diabetes tipe 2, obesitas, penyakit jantung, hingga gangguan fungsi hati.
“Jika ingin hidup lebih lama dan sehat, salah satu langkah paling efektif adalah mengurangi konsumsi gula tambahan. Bahkan pengurangan sekecil apa pun dapat memberikan dampak positif terhadap metabolisme tubuh,” jelas dr. Nimas Fadillah, spesialis gizi dari RS Lavalette, Malang.
Menurutnya, rata-rata masyarakat Indonesia masih mengonsumsi gula di atas batas aman yang direkomendasikan oleh WHO, yaitu maksimal 50 gram per hari, atau sekitar 4 sendok makan. Ironisnya, banyak yang tidak menyadari bahwa makanan kemasan, minuman manis, hingga saus dan camilan ringan mengandung gula tersembunyi dalam jumlah besar.
Di Kota Malang, tren gaya hidup sehat mulai berkembang, namun tantangan masih besar karena banyak masyarakat belum terbiasa membaca label nutrisi pada produk makanan. “Padahal, dengan membaca label, kita bisa menghindari produk yang tinggi gula dan memilih alternatif yang lebih sehat,” tambah dr. Nimas.
Mengurangi gula tambahan tidak hanya berdampak pada penurunan berat badan, tapi juga memperbaiki fungsi hormon insulin, menurunkan tekanan darah, memperkuat kekebalan tubuh, serta memperlambat proses penuaan sel. Penelitian dari Harvard School of Public Health menunjukkan bahwa orang yang mengurangi konsumsi minuman manis memiliki risiko kematian dini 20% lebih rendah dibanding mereka yang rutin mengonsumsinya.
Salah satu warga Malang, Arya (42), mengaku mulai mengurangi konsumsi gula sejak tiga tahun lalu. “Dulu saya setiap hari minum kopi manis dan teh botolan. Sekarang sudah saya ganti dengan air putih dan teh tawar. Hasilnya, berat badan turun 7 kilogram dan saya lebih bertenaga,” ujarnya.
Dr. Nimas juga menyarankan beberapa langkah praktis, seperti mengganti gula dengan pemanis alami seperti madu atau stevia, mengurangi frekuensi makan kue dan minuman kemasan, serta membiasakan konsumsi buah utuh sebagai pengganti camilan manis.
Langkah kecil ini jika dilakukan secara konsisten akan membawa manfaat jangka panjang. Tidak hanya memperpanjang usia, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup dengan tubuh yang lebih sehat dan bebas penyakit.
“Pilihlah manis dari alam, bukan dari pabrik. Kurangi gula tambahan hari ini, nikmati hidup lebih lama esok hari,” pungkas dr. Nimas.