Generasi Muda dan Jerat Utang Digital

  • Aug 11, 2025
  • Lion Wahyu
  • Edukasi, Informasi

Generasi Muda dan Jerat Utang Digital

Malang, 10 Juli 2025 
Kemudahan akses digital ternyata membawa sisi gelap bagi generasi muda Indonesia. Di balik tampilan aplikasi keuangan yang simpel dan penawaran "beli sekarang, bayar nanti", banyak anak muda yang terjerat utang digital tanpa sadar sedang membahayakan masa depan finansial mereka.

“Anak muda sekarang bukan tidak pintar, tapi terlalu percaya diri dan kurang waspada. Mereka merasa bisa bayar nanti, padahal kemampuan keuangannya belum stabil,” ujar Dina Larasati, M.Psi., psikolog dan pengamat perilaku finansial dari UGM, dalam seminar literasi keuangan yang digelar di Sleman.

Menurutnya, utang digital saat ini lebih berbahaya dibanding utang konvensional, karena prosesnya lebih cepat, tanpa banyak syarat, dan hampir tidak terasa—cukup dengan beberapa klik di ponsel.

Fakta: Paylater dan Kredit Instan Jadi Primadona

Laporan dari Bank Indonesia tahun 2024 mencatat bahwa lebih dari 70% pengguna layanan paylater berasal dari kalangan usia 18–34 tahun. Tren ini mengkhawatirkan karena mayoritas dari mereka belum memiliki pendapatan tetap atau manajemen keuangan yang baik.

Salah satu mahasiswa, Yoga (22), mengaku awalnya hanya mencoba paylater untuk membeli sepatu. Namun lama-kelamaan, fitur cicilan itu dipakai untuk belanja bulanan, beli tiket konser, hingga gadget baru. “Awalnya terasa ringan, tapi lama-lama saya stres sendiri lihat tagihan yang makin banyak,” ungkapnya.

Utang Digital: Modern, Cepat, Tapi Menjebak

Fenomena ini menunjukkan bahwa jerat utang tidak lagi datang dari bank atau rentenir, tapi dari aplikasi-aplikasi yang tampak ‘ramah’. Banyak di antaranya juga menyembunyikan bunga tinggi dan denda keterlambatan, yang bisa membengkak dua hingga tiga kali lipat dari nominal pinjaman awal.

“Fasilitas utang digital bukan masalah jika digunakan dengan kontrol. Tapi sayangnya, banyak anak muda yang menjadikan itu sebagai gaya hidup, bukan solusi darurat,” kata Rahmat Dwi, CFP®, konsultan keuangan dari Surabaya Financial Hub.

Solusi: Literasi dan Disiplin Finansial

Para ahli menyarankan agar generasi muda mulai memprioritaskan literasi finansial dan membangun kebiasaan hidup sehat secara keuangan sejak dini. Beberapa langkah konkret di antaranya:

  • Menghindari utang konsumtif, terutama dari paylater dan pinjol.

  • Membuat anggaran bulanan dan menaatinya.

  • Mulai menabung dan berinvestasi sejak dini, sekecil apa pun nominalnya.

  • Meningkatkan kesadaran bahwa utang digital adalah utang sungguhan, bukan bonus tambahan.

Penutup

Generasi muda adalah aset bangsa, namun jika terus terjebak dalam budaya konsumsi instan dan utang digital, masa depan finansial mereka terancam rapuh. Saatnya berhenti mengikuti gaya hidup yang dibentuk algoritma aplikasi, dan mulai hidup dengan kendali penuh atas keuangan pribadi. Utang digital bisa tampak ringan, tapi konsekuensinya sangat berat.