Tradisi Merayakan Idul Fitri di Dusun Sumbersari: Baru Dirayakan di Hari Kedua Lebaran

  • Apr 01, 2025
  • Abdilla Mahardika
  • SOSIAL KEMASYARAKATAN , KEAGAMAAN

Tradisi Halal Bihalal Masyarakat Dusun Sumbersari di Hari Kedua Lebaran

Dusun Sumbersari – Masyarakat Dusun Sumbersari memiliki tradisi unik dalam merayakan Idul Fitri. Jika sebagian besar masyarakat merayakan lebaran dengan saling berkunjung sejak hari pertama, warga Dusun Sumbersari justru baru mengadakan halal bihalal secara luas pada hari kedua lebaran. Tahun ini, Idul Fitri jatuh pada Senin, 31 Maret 2025, yang dalam hitungan Jawa bertepatan dengan Senin Pahing. Oleh karena itu, tradisi halal bihalal baru dimulai pada hari Selasa Pon, atau dalam pasaran Jawa disebut Asopon.

Dalam adat Jawa, pemilihan hari untuk memulai sesuatu, terutama tradisi besar seperti halal bihalal, sering kali mempertimbangkan hitungan pasaran. Seandainya Idul Fitri jatuh pada hari Selasa, masyarakat memiliki dua pilihan: langsung mengadakan halal bihalal pada hari itu atau menundanya hingga hari Kamis. Hal ini disebabkan oleh kepercayaan bahwa Rabu Wage kurang baik untuk mengawali tradisi semacam ini.

Pada hari yang telah ditentukan, warga Dusun Sumbersari berbondong-bondong mengunjungi keluarga, sanak saudara, dan tetangga mereka. Setiap warga rata-rata bersilaturahmi dalam lingkup 2-4 RW, yang mencakup sekitar 300-400 rumah. Tradisi ini biasanya berlangsung selama dua hari berturut-turut, memastikan setiap rumah di kampung telah dikunjungi sebelum warga diperbolehkan mengunjungi kerabat di luar kampung atau desa lain.

Dalam pelaksanaannya, warga yang melakukan halal bihalal biasanya berkelompok, dengan jumlah anggota berkisar antara lima hingga 20 orang per kelompok. Kelompok-kelompok ini terdiri dari keluarga besar atau sekelompok tetangga yang saling menemani dalam kunjungan dari rumah ke rumah. Kehangatan dan kebersamaan sangat terasa dalam setiap kunjungan, di mana setiap rumah menyambut tamu dengan hidangan khas lebaran seperti ketupat, opor ayam, jenang, dan aneka kue tradisional.

Tradisi halal bihalal ini tidak hanya sekadar ajang bermaaf-maafan, tetapi juga memiliki hikmah mendalam. Salah satunya adalah mempererat hubungan kekeluargaan dan sosial dalam masyarakat. Dengan saling mengunjungi, warga dapat menjaga komunikasi, memperbaiki hubungan yang mungkin sempat renggang, serta memperkuat rasa kebersamaan dan gotong royong.

Selain itu, halal bihalal juga mengajarkan pentingnya kerendahan hati dan keikhlasan dalam meminta dan memberikan maaf. Dalam kehidupan bermasyarakat, perselisihan dan kesalahpahaman kadang tak terhindarkan. Tradisi ini menjadi momentum untuk menghapus kesalahpahaman dan memulai hubungan yang lebih baik dengan hati yang bersih.

Lebih dari itu, tradisi ini juga menjadi sarana bagi generasi muda untuk belajar tentang nilai-nilai sosial dan budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun. Dengan mengikuti dan meneruskan kebiasaan ini, anak-anak dan remaja akan lebih memahami pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama, menghormati orang yang lebih tua, serta menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan tetap lestarinya tradisi halal bihalal di Dusun Sumbersari, diharapkan masyarakat terus menjaga kebersamaan, mempererat persaudaraan, dan menjadikan Idul Fitri sebagai momentum untuk memperbaiki diri serta menjalin hubungan yang lebih baik dengan sesama. Semoga tradisi ini tetap menjadi bagian dari kehidupan masyarakat dan terus diwariskan kepada generasi berikutnya.