Tradisi dan Budaya Menyatu: Bersih Dusun Grangsil di Danyang Rondho Kuning Penuh Makna dan Antusiasme Warga

  • Jun 29, 2025
  • Abdilla Mahardika
  • TRADISI DAN BUDAYA

Tradisi dan Budaya Menyatu: Bersih Dusun Grangsil di Danyang Rondho Kuning Penuh Makna dan Antusiasme Warga

Grangsil, 28 Juni 2025 – Deru langkah kaki dan suara gamelan mengalun memecah keheningan sore di tepi sungai Grangsil. Di sinilah, tepatnya di lokasi keramat Danyang Rondho Kuning, masyarakat Dusun Grangsil, Desa Jambangan, Kecamatan Dampit kembali menggelar Tradisi Bersih Dusun yang sarat nilai budaya dan spiritual. Kegiatan ini rutin digelar setiap tanggal 1 Syuro (Muharam dalam penanggalan Jawa), sebagai bentuk rasa syukur, permohonan keselamatan, dan pelestarian budaya warisan leluhur.

Acara dimulai sekitar pukul 13.30 WIB di tempat yang sakral dan dipercaya keramat oleh warga, Danyang Rondho Kuning, yang terletak di tepi sungai dan berbatasan langsung dengan wilayah Kecamatan Tirtoyudo. Meskipun medan menuju lokasi cukup menantang karena jalan turunan yang curam dan berada di pinggiran dusun, semangat masyarakat tak surut sedikit pun. Ratusan warga, dari anak-anak hingga orang tua, tampak antusias memadati lokasi sejak siang.

Rangkaian kegiatan dimulai dengan doa bersama yang dipimpin oleh sesepuh desa, sebagai ungkapan rasa syukur atas limpahan berkah serta permohonan agar dusun selalu dalam lindungan Allah SWT dan dijauhkan dari segala bala dan bencana. Doa yang dilantunkan dengan tata cara adat dan bahasa Jawa tersebut menciptakan suasana sakral dan menyentuh, mengajak seluruh hadirin larut dalam kekhusyukan.

Usai doa, acara dilanjutkan dengan remonan atau tayuban, dikenal pula dengan istilah Remo Tembel. Dalam prosesi ini, para penari tradisional tampil menari dengan gerakan khas, berinteraksi langsung dengan para tokoh masyarakat, tamu undangan, dan pejabat desa. Tradisi ini menjadi salah satu ciri khas budaya Jawa yang mencerminkan kegembiraan dan keberkahan. Para penari juga menerima saweran atau sumbangan uang tunai dari warga sebagai bentuk dukungan dan penghormatan terhadap seni tradisional yang ditampilkan.

Kepala Dusun Grangsil, Bapak Gito, didampingi oleh Bapak Trimo dan Bapak Takim, turut menyambut Kepala Desa Jambangan, Bapak Eko Budi Cahyono, S.T., yang hadir bersama istri, Ibu Indah Suswati. Hadir pula seperti tahun-tahun sebelumnya, Bapak Camat Dampit, Abai Saleh, S.Sos., beserta jajaran kecamatan, yang memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan pelestarian budaya ini.

Dalam sambutannya, Bapak Eko Budi Cahyono menegaskan bahwa tradisi bersih dusun seperti ini sangat penting untuk dilestarikan. “Tradisi ini bukan hanya tentang budaya, tapi juga identitas dan jati diri masyarakat kita. Danyang Rondho Kuning adalah bagian dari sejarah Grangsil, dan lewat kegiatan ini kita juga mengajarkan anak-anak muda untuk mengenal nilai-nilai lokal dan spiritualitas leluhur,” ucapnya.

Salah satu momen yang paling ditunggu dalam acara ini adalah tari tayub antara para pejabat dan penari, yang disambut riuh oleh penonton. Interaksi ini mencerminkan keakraban antara pemimpin dan masyarakat, serta menjadi simbol penyatuan kekuatan dalam membangun desa.

Usai prosesi tayuban, acara dilanjutkan dengan pertunjukan seni Kuda Lumping dari kelompok Turonggo Cahyo Budoyo. Dengan iringan musik tradisional dan aksi menegangkan para penunggang kuda lumping, suasana sore menjadi semakin meriah dan penuh semangat. Kuda lumping tak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai warisan budaya yang sarat makna magis dan simbol perlindungan.

Hingga menjelang petang, warga tetap bertahan menyaksikan penampilan demi penampilan dengan semangat yang luar biasa. Anak-anak tampak antusias, para ibu sibuk menyiapkan jajanan di sekitar lokasi, sementara para lelaki dan tokoh masyarakat saling berbincang hangat tentang harapan ke depan bagi dusun Grangsil.

Dengan terlaksananya Bersih Dusun tahun ini, masyarakat Grangsil tidak hanya berhasil melestarikan budaya warisan leluhur, tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan dan spiritualitas kolektif. Tradisi ini menjadi bukti nyata bahwa di tengah kemajuan zaman, nilai-nilai adat dan kearifan lokal tetap hidup dan menyatu dalam denyut kehidupan masyarakat pedesaan.