NJENANG: Tradisi Masyarakat Yang Turun Temurun di Dusun Sumbersari

  • Mar 30, 2025
  • Abdilla Mahardika
  • SOSIAL KEMASYARAKATAN

Jambangan, 30 Maret 2025

Dusun Sumbersari, yang terletak di Desa Jambangan, memiliki tradisi unik dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri. Salah satu tradisi yang masih lestari hingga kini adalah pembuatan kue Jenang, atau yang lebih dikenal dengan nama Dodol. Kue khas ini menjadi hidangan wajib yang selalu tersaji di meja tamu saat Lebaran, mencerminkan nilai budaya dan kebersamaan yang kuat di tengah masyarakat.

Tradisi Njenang bukan sekadar proses membuat kue, tetapi juga menjadi momen berharga bagi keluarga besar untuk berkumpul. Dahulu, pembuatan Jenang melibatkan seluruh anggota keluarga, termasuk anak dan cucu, yang bekerja sama dalam setiap tahap pembuatannya. Setiap keluarga membawa bahan-bahan utama seperti kelapa, gula kerekan (godoran) yang kini sering diganti dengan gula aren, serta beras putih dan beras ketan. Beras ketan ini sebagian ditanak untuk dijadikan Tape, sementara sebagian lagi digiling menjadi tepung sebagai bahan dasar Jenang.

Proses pembuatan Jenang membutuhkan waktu yang cukup lama dan tenaga yang tidak sedikit. Sejak tahap awal, seperti mengupas kelapa untuk dijadikan minyak, merebus gula, hingga mencampurkan semua bahan, dibutuhkan waktu setidaknya dua belas jam. Salah satu proses paling berat adalah mengaduk adonan di dalam loyang atau kawah besar, yang memakan waktu sekitar 5-6 jam. Kapasitas satu loyang bisa mencapai 15 kilogram adonan, sehingga diperlukan kerja sama banyak orang agar proses ini bisa berjalan lancar.

Selain sebagai bagian dari persiapan Lebaran, tradisi Njenang juga memiliki makna sosial yang mendalam. Karena prosesnya yang panjang dan melelahkan, tradisi ini menjadi sarana untuk mengumpulkan keluarga agar tetap kompak, guyub, dan rukun. Gotong royong dalam pembuatan Jenang mencerminkan nilai kebersamaan dan solidaritas yang tinggi di antara warga Dusun Sumbersari.

Bagi masyarakat Dusun Sumbersari, Idul Fitri terasa kurang bermakna tanpa kehadiran Jenang di meja hidangan. Kue ini bukan sekadar makanan, tetapi juga simbol kehangatan keluarga serta penghormatan terhadap tradisi leluhur yang diwariskan secara turun-temurun. Tak heran jika hingga kini, tradisi Njenang tetap dijaga dan dirayakan dengan penuh antusiasme oleh warga setempat.

Meski zaman terus berubah dan banyak makanan modern hadir dalam perayaan Lebaran, Jenang tetap mempertahankan posisinya sebagai ikon kuliner khas yang memiliki nilai sejarah dan emosional bagi masyarakat. Tradisi ini mengingatkan bahwa Lebaran bukan hanya tentang perayaan, tetapi juga tentang menjaga kebersamaan dan merawat warisan budaya yang telah ada sejak lama.

Dengan tetap melestarikan tradisi Njenang, masyarakat Dusun Sumbersari tidak hanya menjaga cita rasa khas kuliner lokal, tetapi juga mewariskan nilai-nilai kebersamaan kepada generasi muda. Sebuah tradisi yang lebih dari sekadar memasak, melainkan perwujudan nyata dari kekuatan ikatan keluarga dan semangat gotong royong yang harus terus dijaga.