Ketupat Lebaran: Simbol Saling Memaafkan dan Saling Berbagi
- Apr 03, 2025
- Abdilla Mahardika
- TRADISI DAN BUDAYA

Tradisi Ketupat Lebaran di Dusun Sumbersari, Simbol Berbagi dan Saling Memaafkan
Dusun Sumbersari – Tradisi lebaran tidak hanya tentang saling bermaaf-maafan, tetapi juga memiliki berbagai budaya khas yang dijalankan di setiap daerah. Di Dusun Sumbersari, Desa Jambangan, salah satu tradisi yang masih lestari hingga kini adalah tradisi membuat dan berbagi ketupat pada hari ketujuh setelah Idul Fitri.
Ketupat atau dalam bahasa Jawa disebut “kupat” merupakan akronim dari “ngaku lepat” yang berarti “mengakui kesalahan”. Tradisi ini menjadi simbol bagi umat Muslim dalam mengakui kesalahan serta saling memaafkan dan melupakan kesalahan di momen lebaran. Di Dusun Sumbersari, tradisi berbagi ketupat ini tidak hanya menjadi ritual kuliner, tetapi juga menjadi bagian dari budaya sosial yang mempererat hubungan antarwarga.
Pada hari ketujuh setelah lebaran, warga Dusun Sumbersari secara serentak mulai memasak ketupat yang kemudian dibagikan kepada tetangga dan sanak saudara. Selain ketupat, hantaran ini biasanya dilengkapi dengan sayur pelengkap, empat buah kue Lepet (jajanan tradisional dari ketan yang dibungkus daun pisang atau janur), serta dua buah lontong. Perpaduan makanan ini melambangkan kebersamaan dan semangat berbagi yang terus dijaga dari generasi ke generasi.
Meski begitu, ada beberapa keluarga yang sudah lebih dulu membagikan ketupat sebelum hari ketujuh, terutama bagi mereka yang memiliki keluarga yang harus segera kembali ke tempat kerja di luar daerah. Namun, bagi sebagian besar masyarakat, momen H+7 tetap menjadi waktu yang paling sakral untuk menjalankan tradisi ini.
Menurut sesepuh Dusun Sumbersari, mengungkapkan bahwa tradisi berbagi ketupat bukan hanya sekadar membagikan makanan, tetapi juga memiliki makna sosial dan religius yang dalam. “Dulu, ketupat ini dibuat beramai-ramai di rumah-rumah, dan setelah matang, kami saling berbagi ke tetangga sebagai bentuk silaturahmi dan memohon maaf. Sampai sekarang, tradisi ini masih kami jaga agar anak cucu tetap mengenalnya,” ujar beliau.
Selain mempererat hubungan sosial, tradisi ketupat lebaran juga mengajarkan nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong. Proses memasak ketupat sering kali dilakukan secara kolektif, dengan anggota keluarga berkumpul untuk menganyam janur, memasak ketan untuk lepet, serta menyiapkan sayur sebagai pelengkap. Dengan cara ini, generasi muda juga diajarkan pentingnya kebersamaan dan saling membantu dalam kehidupan bermasyarakat.
Harapannya, tradisi turun-temurun ini dapat terus dijaga sebagai bagian dari budaya positif masyarakat Dusun Sumbersari. Selain menumbuhkan semangat berbagi, tradisi ketupat lebaran juga menjadi pengingat bahwa Idul Fitri bukan sekadar perayaan, tetapi juga momen untuk kembali ke fitrah, membersihkan hati, dan menjalin hubungan baik dengan sesama.