Jambangan Sport Centre (JSC): Nafas Olahraga Yang Perlu Dihidupkan Kembali
- May 22, 2025
- Abdilla Mahardika
- KESEHATAN MASYARAKAT

Jambangan Sport Centre (JSC): Napas Olahraga yang Perlu Dihidupkan Kembali
Di jantung Desa Jambangan, terdapat sebuah lapangan luas yang telah menjadi saksi bisu sejarah panjang aktivitas masyarakat: Jambangan Sport Centre (JSC). Terletak strategis di pinggir jalan raya penghubung antar dusun, JSC menjadi pusat kehidupan sosial dan olahraga warga. Tidak hanya karena letaknya yang tepat di tengah desa, tetapi juga karena peran pentingnya dalam membangun semangat kebersamaan dan prestasi masyarakat Jambangan.
Dulu, lapangan ini kondisinya miring ke arah selatan. Namun, pada tahun 2001, JSC mengalami pembenahan besar-besaran yang menjadikannya lebih layak dan aman digunakan. Perbaikan tersebut menjadi titik balik bagi lapangan yang selama berpuluh-puluh tahun digunakan dalam kondisi seadanya.
Pada era 1990-an, JSC sempat menjadi ikon olahraga ekstrem di Malang selatan. Tidak banyak yang tahu bahwa lapangan ini pernah menjadi arena balap motor, lengkap dengan riuh penonton yang memadati sekeliling lintasan. Bahkan, sejumlah pembalap nasional tercatat pernah memacu kendaraannya di sini. Tak hanya itu, balap kuda dan kerapan sapi juga pernah digelar, menjadikan JSC sebagai lapangan serbaguna yang sangat hidup.
Memasuki tahun 2010, wajah JSC semakin akrab dengan masyarakat pecinta sepak bola. Kompetisi demi kompetisi digelar, baik antar dusun, antar desa, hingga antar klub usia dini. Dalam beberapa tahun terakhir, klub-klub dari Malang Raya bahkan se-Jawa Timur rutin bertandang ke JSC untuk mengikuti kompetisi U-13 yang menjadi ajang pengembangan bakat muda. Sorak-sorai, derap kaki kecil yang berlari mengejar bola, serta semangat sportivitas menghidupkan lapangan ini hampir setiap akhir pekan.
Namun, sayangnya, dua tahun terakhir JSC mulai kehilangan denyutnya. Tidak lagi terdengar suara peluit wasit atau teriakan dukungan dari pinggir lapangan. Kini, JSC lebih sering digunakan untuk mencari rumput oleh warga, atau pembelajaran luar kelas oleh anak-anak sekolah. Fungsi mulianya sebagai sarana olahraga dan kegiatan kemasyarakatan seolah tenggelam di balik kesibukan dan minimnya perhatian.
Padahal, lapangan ini bukan sekadar hamparan tanah. Ia adalah simbol semangat, kebersamaan, dan identitas warga Jambangan. Sudah saatnya kebersamaan dan kekompakan kembali dibangun untuk menghidupkan JSC. Pemerintah desa memiliki peran sentral dalam mengatur dan memfasilitasi, sementara BPD dapat mendorong kebijakan yang mendukung pengaktifan lapangan. Para pemuda sebagai garda terdepan harus diberdayakan untuk menginisiasi kegiatan, dan masyarakat sebagai pengguna manfaat perlu diberi ruang dan motivasi untuk terlibat.
Menghidupkan kembali JSC bukan sekadar menata lapangan, tetapi menata semangat dan kebersamaan. Dari sinilah bibit prestasi bisa tumbuh, dan semangat gotong royong bisa kembali mengakar kuat. Mari kita rawat dan manfaatkan JSC sebagaimana dahulu: sebagai pusat olahraga, kebudayaan, dan kehidupan sosial yang mempersatukan seluruh elemen Desa Jambangan.
Lapangan bukan hanya untuk dipandang, tetapi untuk dijadikan tempat tumbuh, bertanding, dan bersatu.