Gebyar Wayang Kulit Ki Hadi Siswoko Meriahkan Bulan Sura di Desa Jambangan

  • Jul 16, 2025
  • Wahyu Cahyono
  • INFO PEMERINTAHAN , SOSIAL KEMASYARAKATAN , TRADISI DAN BUDAYA, HIBURAN

Gebyar Wayang Kulit Suko Budoyo Meriahkan Bulan Sura di Desa Jambangan

Dampit, Jawa Timur – Desa Jambangan, Kecamatan Dampit, kembali menggelar tradisi tahunan dalam menyambut Bulan Sura melalui pagelaran Gebyar Wayang Kulit. Acara yang digelar di Balai Desa Jambangan pada Rabu malam (16/7) tersebut menghadirkan Dalang kondang Ki Hadi Siswoko dengan lakon Wahyu Makutho Romo. Pagelaran ini tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga bagian dari upaya melestarikan budaya Jawa sekaligus merawat kerukunan masyarakat. 

Ritual Bersih Desa dan Pagelaran Wayang Kulit
Sebelum pagelaran wayang kulit dimulai, warga Desa Jambangan terlebih dahulu melaksanakan tradisi bersih desa, sebuah ritual tolak bala yang dilakukan secara turun-temurun. Kegiatan ini menjadi simbol pembersihan diri dan lingkungan sebelum memasuki Bulan Sura, bulan yang dianggap sakral dalam penanggalan Jawa. 

Malam harinya, ribuan penonton memadati Balai Desa Jambangan untuk menyaksikan pagelaran wayang kulit. Acara dibuka dengan Tari Remo sebuah tarian khas Jawa Timur yang menggambarkan semangat dan kegembiraan. Penampilan penari remo yang enerjik berhasil memecah kebekuan dan menyambut hangat seluruh tamu undangan. 

Dihadiri Pejabat Muspika dan Kades Se-Kecamatan Dampit


Pagelaran ini dihadiri oleh sejumlah pejabat setempat, termasuk Camat Dampit Abai Saleh, S.Sos., MM, beserta jajaran Muspika (Musyawarah Pimpinan Kecamatan). Turut hadir pula seluruh Kepala Desa se-Kecamatan Dampit, menandakan pentingnya acara ini sebagai wadah silaturahmi antar-desa. 

Dalam sambutannya, Kepala Desa Jambangan, Eko Budi Cahyono, ST, menekankan pentingnya menjaga budaya sebagai perekat kerukunan masyarakat. Wayang kulit bukan sekadar tontonan, tetapi juga tuntunan. Melalui lakon-lakon yang dipentaskan, kita bisa mengambil nilai-nilai kebijaksanaan dan kebersamaan," ujarnya. 

Sementara itu, Camat Dampit, Abai Saleh, dalam pidatonya menyoroti aspek keamanan dan kerukunan. Di tengah perkembangan zaman, kita harus tetap menjaga nilai-nilai luhur budaya. Acara seperti ini adalah bukti bahwa masyarakat Jambangan tetap komitmen merawat tradisi sekaligus memperkuat persatuan,"* tegasnya. 

Penyerahan Gunungan Secara Estafet sebagai Pembuka Pagelaran


Sebelum dalang memulai pertunjukan, dilakukan seremonial penyerahan gunungan secara estafet sebagai tanda dimulainya pagelaran wayang. Prosesi ini melibatkan Kapolsek Dampit AKP Ahmad Taufik Syaifudin, SH, M.H, Danramil Kapten CKE Mulkamsiril,  Camat Dampit Abai Saleh,  dan Kepala desa Jambangan Eko Budi Cahyono, ST. Gunungan tersebut kemudian diserahkan kepada Dalang Ki Hadi Siswoko, menandai resminya pertunjukan wayang kulit dimulai. 

Lakon Wahyu Makuthoromo: Pesan Spiritual dan Kebijaksanaan


Dalang Hadi Siswoko membawakan lakon Wahyu Makuthoromo, sebuah kisah yang sarat dengan pesan spiritual dan kepemimpinan. Lakon ini mengisahkan perjalanan seorang pemimpin yang mendapatkan wahyu kebijaksanaan untuk membawa kemakmuran bagi rakyatnya. 

Pagelaran wayang kulit berlangsung semalaman, diiringi oleh alunan gamelan dari kelompok Suko Budoyo yang memukau penonton. Antusiasme masyarakat terlihat jelas, dengan banyaknya penonton yang bertahan hingga pagi hari. 

Harapan untuk Kelancaran Acara dan Pelestarian Budaya


Penyelenggara berharap acara ini dapat berjalan lancar hingga selesai, sekaligus menjadi momentum untuk terus mengangkat kesenian tradisional di tengah gempuran budaya modern. Gebyar Wayang Kulit ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga pengingat akan pentingnya merawat warisan leluhur sebagai identitas bangsa. 

Dengan suksesnya acara ini, Desa Jambangan kembali membuktikan diri sebagai salah satu garda terdepan dalam pelestarian budaya Jawa di Kecamatan Dampit