Kunci Swasembada dan Ketahanan Pangan Masa Depan Melalui Penguatan SDM Pertanian
- Jun 08, 2025
- Wahyu Cahyono
- EDUKASI DAN LITERASI, SOSIAL KEMASYARAKATAN , PERTANIAN DAN PETERNAKAN




Kunci Swasembada dan Ketahanan Pangan Masa Depan Melalui Penguatan SDM Pertanian
Dampit, 8 Juni 2025 – Dalam upaya memperkuat ketahanan pangan nasional dan membangun kemandirian sektor pertanian, sebuah sarasehan bertajuk “Kunci Swasembada dan Ketahanan Pangan Masa Depan dengan Penguatan SDM Pertanian” digelar pada Minggu (8/6) di StarCafe, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Acara ini dihadiri langsung oleh anggota DPRD Provinsi Jawa Timur dari Fraksi PKB, Dra. Hj. Khofidah, yang memberikan edukasi dan membuka ruang dialog dengan masyarakat setempat.
Dalam suasana akrab dan penuh semangat, sarasehan ini menjadi wadah penting bagi masyarakat Dampit untuk memahami tantangan sekaligus peluang di sektor pertanian, khususnya dalam menghadapi era perubahan iklim dan fluktuasi ekonomi global. Dra. Hj. Khofidah menekankan bahwa penguatan sumber daya manusia (SDM) pertanian merupakan fondasi utama dalam mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan.
“Kita tidak bisa bicara swasembada pangan kalau petani kita masih tertinggal dari sisi pengetahuan, akses teknologi, dan perlindungan dari pemerintah. SDM pertanian yang unggul adalah kunci masa depan,” ujar Khofidah di hadapan lebih dari 120 peserta yang hadir, terdiri dari petani, tokoh masyarakat, pelaku UMKM, dan generasi muda.
Tantangan dan Harapan untuk Pertanian di Masa Depan
Dalam paparannya, Hj Khofidah menyampaikan bahwa salah satu tantangan besar pertanian saat ini adalah minimnya regenerasi petani. Banyak generasi muda yang enggan berkecimpung di sektor pertanian karena dianggap tidak menjanjikan secara ekonomi dan kurang bergengsi. Hal ini menurutnya perlu segera diatasi dengan program-program pelatihan, insentif bagi petani muda, serta modernisasi sistem pertanian agar lebih menarik bagi kalangan milenial dan Gen Z.
“Jika kita tidak mendorong regenerasi petani dari sekarang, maka 10–20 tahun ke depan, kita akan menghadapi krisis pangan karena kekurangan pelaku produksi di lapangan,” tambahnya.
Ia juga menyinggung pentingnya pendidikan vokasi pertanian dan akses petani terhadap teknologi pertanian presisi, pupuk berkualitas, serta pasar hasil panen yang adil. Selain itu, perlu adanya kolaborasi antara pemerintah daerah, pusat, hingga komunitas petani lokal agar kebijakan pembangunan sektor pertanian lebih tepat sasaran dan menyentuh kebutuhan riil di lapangan.
Wakil Rakyat Harus Hadir Mendengar Aspirasi
Sarasehan ini tidak hanya menjadi forum edukatif, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi antara konstituen dan wakil rakyat. Dalam kesempatan tersebut, Khofidah membuka ruang dialog interaktif, mendengarkan berbagai keluhan dan harapan warga terkait pertanian, infrastruktur, hingga akses bantuan dari pemerintah.
Beberapa warga menyampaikan kesulitan mereka dalam memperoleh pupuk bersubsidi secara tepat waktu serta keluhan mengenai menurunnya harga hasil panen yang tidak sebanding dengan biaya produksi. Ada juga aspirasi agar pemerintah meningkatkan fasilitas irigasi dan memperbaiki jalan usaha tani yang rusak.
Menanggapi hal tersebut,Dra, Hj, Khofidah berkomitmen untuk menyampaikan aspirasi masyarakat Dampit ke tingkat DPRD Provinsi dan memperjuangkan program-program yang berpihak pada petani kecil dan menengah.
“Menjadi wakil rakyat artinya harus mau hadir di tengah masyarakat, mendengar, dan memperjuangkan aspirasi mereka, bukan hanya duduk di ruang rapat. Kedaulatan pangan tidak bisa dibangun tanpa kedaulatan petani,” tegasnya.
Antusiasme dan Komitmen Masyarakat
Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan dan diskusi hangat yang muncul sepanjang acara. Beberapa tokoh pemuda desa bahkan menyatakan minat untuk membentuk komunitas tani milenial sebagai bentuk gerakan regenerasi petani berbasis teknologi.
“Acara seperti ini membuka mata kami, anak muda, bahwa pertanian bukan hal kuno, tapi bisa menjadi masa depan yang menjanjikan jika dikelola dengan cara yang modern,” ujar Wahyu, seorang pemuda peserta sarasehan.
Sarasehan ditutup dengan sesi ramah tamah serta pembagian materi pelatihan singkat mengenai pertanian berkelanjutan dan pengelolaan hasil pertanian berbasis digital.
Menuju Pertanian Mandiri dan Berkelanjutan
Kegiatan ini menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah, legislatif, dan masyarakat dalam membangun ketahanan pangan nasional. Dengan penguatan SDM pertanian, pemberdayaan petani muda, dan kebijakan pro-rakyat, harapan untuk mencapai swasembada pangan bukanlah angan-angan.
Sarasehan di Dampit menjadi salah satu langkah nyata menuju masa depan pertanian yang mandiri, modern, dan berkelanjutan—dimulai dari desa, demi kedaulatan bangsa