Optimalisasi Pelabuhan di Pessel

  • Aug 03, 2025
  • Kompasnagari.kim.id
  • Artikel

Oleh : Haridman Kambang

Pessel saat ini punya sejumlah pelabuhan dengan berbagai fungsi. Namun fungsinya masih belum maksimal, misalnya sarana transportasi (tempat berlabuh, berangkat), juga belum berperan sebagai pangkalan untuk mengamankan terutama untuk menjaga dan menggarap potensi laut Pesisir Selatan.

Semua tahu, bahwa laut Pesisir Selatan amat kaya akan potensi. Sebut saja berbagai jenis ikan, terumbu karang (meski mulai tergerus), penyu yang mulai langka serta biota bawah laut yang menyangga ekosistem laut secara keseluruhan. Saling paut terkait satu sama lain. Sementara bentangan biru diatasnya yang kadang bergelombang hangat namun adakalanya jinak adalah sarana penghubung yang selalu menjadi tantangan namun tetap dapat dimanfaatkan para penakluk laut semenjak zaman nenek moyang. Ia selau menjadi pilihan utama bagi siapapun untuk bisa mencapai negeri lain. Dan bagi kepentingan perdagangan.

Baca Juga : Panasahan Menjadi Satelit Teluk Bayur

Tempo dulu, para pendahulu negeri ini melihat peluang dan menggarapnya amat piawai, maka muncullah sejumlah Bandar (pelabuhan-red) tempat berlabuh kapal – kapal dalam negeri dan asing. Salah satunya yang paling masyur adalah pelabuhan Muara Sakai Inderapura.

Pelabuhan ini jauh sebelum negara ini merdeka telah menjadi pelabuhan termasyur di sisi barat pulau Perca atau Andalas (Sumatera – Red). Saudagar banyak berkunjung untuk berjual beli bahkan untuk melebarkan sayap imperialis kenegeri kita yang cantik ini.        

Nenek moyang Pesisir Selatan berani menjadikan Muara Sakai Inderapura sebagai pelabuhan dan pusat dagang kala itu tentulah dengan perhitungan matang, tidak asal jadi. Selain memang sebuah kerajaan dan pusat pemerintahan namun disisi lain Bandar Inderapura terbangun dikarenakan ada harapan yang ditambatkan para pedagang dan pengelana ditanah tepi. Yakni perdagangan (sudut pandang ekonomi).

Baca Juga : 270 Ribu Warga Pessel Berada di Zona Merah Tsunami

Salah satunya adalah lewat Bandar, akan terjadi jual beli yang saling menguntungkan antara penguasa darat dengan pedagang. Sejumlah hasil hutan, rempah rempah dari sini dan daerah sekitar yang dijadikan pintu keluarnya adalah pelabuhan. Kita masih bisa menyaksikan kehebatan masa lalu di Inderapura dengan masih tersisanya gudang – gudang penyimpanan yang berkaitan langsung dengan Bandar. Itu doeloe.....Bung!

Kini kita coba kaitkan dengan pelabuhan yang ada di Pesisir Selatan saat ini. Sebut saja mega proyek Pelabuhan Panasahan yang cantik lagi menarik. Atau untuk memperlancar dan mempermudah nelayan bertransaksi adapula Pelabuhan Carocok di Kecamatan Koto XI Tarusan. Dan banyak lagi pelabuhan kecil kecil.

Pelabuhan pelabuhan yang mengah tersebut sudahkah direncanakan sesuai ketentuan, karena ada ketentuan jarak antara satu pelabuhan kepelabuhan lain boleh berdiri. Selanjutnya sudahkah ada kajian tentang posisi yang pas untuk pelabuhan, kedalaman lautnya, kapal dengan bobot mati berapa yang bisa nyandar.

Baca Juga : Pemerintah Pessel Petakan Jalur Evakuasi Tsunami

Sehingga idealnya pelabuhan Panasahan disinggahi kapal luar bukan tersesat. Kini disana setiap harinya baru “ditongkrongin” kapal nelayan dan kapal pemda. Pelabuhan kita di Pesisir Selatan tidak menjadi pelabuhan tujuan, pelabuhan kita tidak belum menjadi sarana ekonomi Pesisir Selatan secara keseluruhan. Tidak pula untuk sarana transportasi. Lalu untuk apa? Pelabuhan kita baru sekedar menjadi monument tanpa makna.

Semua berkeyakinan sebelumnya kegunaan pelabuhan dalam kaitan langsung terhadap ekonomi Pesisir Selatan sudah diperhitungkan. Hanya saja belum terlaksana maksiman. Dalam tataran ideal pua kita berharap bila fungsi pelabuhan maksimal administrasi pelabuhan seperti yang dilakukan nenek moyang kita di Pelabuhan Muara Sakai berabad lalu juga bisa tertandingi.

Jika tidak demikian, pelabuhan hanya sekedar untuk gagah gagahan, untuk mempercantik kota Painan tanpa memberi keuntungan sedikitpun bagi daerah? Atau sekadar menggaet dana pusat kedaerah? Itu sajakah? Lalu kita tengok pula pelabuhan di Carocok Tarusan. Komplek yang luas itu kini telah amburadul pula. Bangunan yang di resmikan Menteri Kelautan tersebut sejumlah bangunan didalamnya tidak bermanfaat.

Baca Juga : Tim IOSKI Pesisir Selatan Raih Juara 3 Nasional di Ajang FORNAS VIII

Prasarana disana tidak terawat. Jalan didalam komplek itu telah banyak mengelupas, poving blocknya copot satu – satu. Tampaknya kita di Pesisir Selatan tidak pandai mempergunakan pelabuhan. Kita hanya pandai mengemis untuk memintanya, ketika permintaan itu telah dikabulkan tak tau harus digunakan untuk apa, belum lagi jika ditanya merawatnya.

Terakhir bung…! Jika memang kita mengaku sebagai orang yang memiliki wilayah laut terluas, orang yang mengaku kakek moyang menggantungkan hidup dilaut. Singkatnya nenek moyang kita orang pelaut, tampaknya kita perlu memadu padankan laut dengan pelabuhan dalam artian sesungguhnya. Manfaatkan ia, rawat ia sehingga asset tanpa manfaat ini berdaya guna untuk kemakmuran rakyat.*