Rumah Gadang di Pasisia Punah?

  • Jul 01, 2025
  • Kompasnagari.kim.id
  • Informasi Umum

KOMPASNAGARI.KIM.ID -Rumah gadang khas Pasisie bentuknya memang berbeda dengan rumah gadang di darek atau luhak nan tuo. Bila di darek rumah gadang dengan atap berbentuk gonjong namun di masyarakat Pasisie tidak menggunakan desain seperti itu untuk rumah gadangnya.

Rumah gadang khas Pasisie itu kini sudah diambang "punah". Warga tidak tertarik lagi untuk mempertahankan rumah-rumah tradisionil karena biaya untuk melestarikan sangat tinggi.

Rumah gadang khas Pasisie berbentuk rumah panggung dengan model yang lebih sederhana dari rumah gadang darek. Meski terjadi perbedaan bentuk rumah gadang dengan di darek, Pessel atau Pasisie tetap merupakan kawasan Minangkabau.

Baca Juga Melihat dari Dekat Benteng Portugis Pulau Cingkuak

"Bentuk fisik rumah gadang di kawasan Pesisir Selatan berbeda dengan rumah gadang di darek (darat-red). Rumah gadang di sini mirip rumah panggung dengan jumlah tiang dan send yang banyak. Atapnya tinggi tapi tidak berupa gonjong. Tampaknya sederhana. Meskipun demikian fungsinya tetap sama dengan rumah gadang di darek," kata Ismael Rajo Yaman di Kambang.

Baca Juga Bupati Hendrajoni Serahkan Penghargaan GESIT kepada OPD dan Mitra

Disebutkan Ismael Rajo Yaman, rumah gadang asli di Pesisir Selatan kini jumlahnya terus menyusut, namun jumlahnya pasti tidak ada. Ia tergerus oleh zaman dan perkembangan rumah dengan arsitektur masa kini. Sementara itu, untuk kepentingan tertentu, model rumah gadang Pesisir Selatan tidak menjadi referensi.

Misalnya bangunan pemerintah, yang rata-rata meniru rumah gadang di darek. Tidak adapula upaya konservasi rumah gadang yang dilakukan selama ini. Satu satunya yang masih dapat perlindungan dan penjagaan mungkin hanyalah rumah gadang Mandeh Rubiah di Silaut.

Baca Juga Ketupat Kuliner Legendaris dari Kambang

Selanjutnya menurut Rajo Yaman Penghulu Suku Sikumbang di Tebing Tinggi Kambang Lengayang menyebutkan, mempertahankan rumah gadang bagi kaum sangatlah sulit. Pertama perlu biaya besar karena bahan utamanya adalah kayu. Kedua, seiring bertambahnya penduduk, mau tidak mau tata letak bangunan di lokasi tempat berdirinya rumah gadang harus diubah pula, maka ada yang diruntuhkan.

Meski begitu kondisinya, esensi dan peran rumah gadang akan tetap hidup. Biarlah rumah gadang roboh, dan berganti dengan rumah gadang masa kini, asalkan peran dari rumah rumah baru itu tidak lari dari fungsi rumah gadang,” jelasnya. (har)