Panasahan Menjadi Satelit Teluk Bayur
- Jun 07, 2025
- Kompasnagari.kim.id
- Artikel

Laporan Haridman Kambang
Masih pagi buta. Klakson kapal menggema di kawasan teluk Painan, Kabupaten Pesisir Selatan, Selasa (17/5). Pengelola pelabuhan tampak sibuk mempersiapkan diri. Sementara Warga yang bermukim di pinggir teluk itu terbangun, kemudian mematut matut kapal itu. Kapal apakah gerangan yang sudi mampir ke pelabuhan sunyi itu? Kapal tersesatkah? Atau kapal dalam keadaan daruratkah?
Kapal itu terus mendekat, halunnya menuju ke Dermaga Panasahan. Penampilannya gagah dan mempesona. Dan akhirnya beberapa anak buah kapal melempar seutas tali dan disambut petugas, kapal itupun merapat, persis di sisi hanggar yang memanjang dari timur ke barat di Pelabuhan Panasahan. Berlabuhnya kapal besar ini termasuk kejadian luar biasa bagi warga di Teluk Painan.
Merapatnya kapal dengan bobot mati sangat besar untuk ukuran pelabuhan Panasahan itu, adalah sejarah baru yang sedang digoreskannya di Pesisir Selatan. Kapal bernomor lambung GT 1518 ND 2307/D tersebut meletakkan pondasi dasar bahwa kapal kapal besar dikemudian hari tidak hanya bisa berlabuh di Teluk Bayur, tapi juga di Pesisir Selatan.
Telah puluhan tahun pelabuhan itu berdiri kaku di Panasahan. Puluhan milyar uang rakyat ditelannya untuk sekedar menghadirkan sebuah pelabuhan disana. Namun selama itu pula, pelabuhan itu tidak memberikan keuntungan secara ekonomi bagi Pesisir Selatan. Tidak ada aktifitas bongkar muat yang memberikan harapan bagi bergeraknya ekonomi Pesisir Selatan. Pelabuhan itu selama ini hanyalah pelengkap Kota Painan sebagai tanda kota tersebut berada di pinggir pantai. Pelabuhan itu hanya disinggahi kapal tonda dan kapal pemerintah kabupaten.
KM Pratama I namanya. Kapal mengangkut 2000 ton pupuk yang merapat dipagi buta itupun pada akhirnya membawa harapan baru bagi Pesisir Selatan khususnya dan Sumatera Barat umumnya. Bagi Pesisir Selatan sendiri, salah satu persoalan lambannya pertumbuhan dan pergerakan ekonomi disebabkan buntunya jalur transportasi, yakni hanya mengandalkan Jalan Lintas Barat.
Betapa, selama ini jalan semata wayang yang bisa menghubungkan Pesisir Selatan dengan pusat provinsi dan kabupaten tetangga tidak efektif menggerakkan perekonomian. Jalan nasional yang sempit dan selalu dalam kondisi buruk membuat tersendatnya arus barang dan jasa.
Jalan tunggal yang dimiliki daerah itu, pada saat saat tertentu akan lumpuh pula dihantam bencana. Nyaris seluruh jalan nasional yang melintasi daerah itu rawan terban, longsor dan terendam banjir. Bila musibah itu datang, ranah pasisie akan terisolasi, sementara produksi pertanian, perkebunan dan lain lain tidak bisa dijual petani. Berbagai barang kebutuhan pokok akan ikut pula bergerak naik.
Dermaga yang selama ini tidak lebih dari sekedar "monumen", kini oleh pemerintah Pesisir Selatan didesain dan bakal dikembangkan menjadi pelabuhan besar untuk bongkar muat barang. KM Pratama I adalah percobaannya.
Lebih dari itu, tentu ada harapan sangat besar bagi orang Pesisir Selatan dan sekitarnya, yakni keberadaan Panasahan akan memberikan dampak nyata pada pertumbuhan ekonomi. Sektor riil diperkirakan akan bergerak dan tumbuh dengan baik.
Secara sempit, panasahan juga akan memberikan peluang kerja bagi banyak orang, mulai dari pengelolaan pelabuhan, bongkar muat sampai kepada tetek bengek yang dapat membuat pelabuhan bergerak. Lantas seberapa banyak truk dan kendaraan umum yang bisa bekerja disana.
Rizal Mala Direktur LSM Swara Pesisir menyebutkan, jikalaulah, kegiatan bongkar muat berlanjut di Panasahan dan kapal kapal besar lainnya beraktifitas disana, pemerintah juga perlu memikirkan pemanfaatan dermaga untuk transportasi laut.
"Artinya, jika jalan Kambang - Muara Labuh tidak mungkin untuk dibangun, maka pemerintah mulai melirik jalur laut untuk memecah kebuntuan jalan," katanya.
Selanjutnya manfaat bagi Sumatera Barat adalah, mempercepat proses pembongkaran barang yang menyangkut hajat hidup orang banyak, menyangkut hajat hidup petani dan lain lain. Pupuk, bibit dan sembako misalnya.
Berkali kali media di Sumatera Barat melansir tentang terlambatnya pupuk masuk yang disebabkan panjangnya antrian kapal yang hendak merapat di Teluk Bayur. Petani terpekik, karena kapal pengangkut pupuk terkatung katung di lautan menunggu jatah merapat. Sementara pengelola kapal dan perusahaan distributor dibuat pusing pula memikirkan besarnya biaya antri.
Dengan mulai dimanfaatkannya Pelabuhan Panasahan sebagai tempat berlabuhnya kapal kapal besar, maka bertambah satulagi kawasan Pantai Barat Sumatera menjadi pusat perekonomian dan perdagangan. Meski baru dari tataran bongkar muat barang.