Mengulik Rezeki Peternak Jelang Hari Raya Haji di Pessel

  • May 21, 2025
  • Kompasnagari.kim.id
  • Agama, Adat & Budaya

Laporan : Haridman Kambang
 

Secara umum, beternak sapi, kambing dan kerbau di Pesisir Selatan adalah pekerjaan sampingan para petani. Namun, meski pekerjaan sampingan, para petani sudah mulai mengatur masa pemeliharaan dan masa panen. Mereka juga sudah mengetahui saat yang tepat untuk panen dengan nilai jual tinggi. Saat - saat yang paling ditunggu petrernak untuk panen adalah Hari Raya Haji atau Idul Adha atau Hari Raya Kurban.

Menjual ternak memasuki Hari Raya Haji memberikan manfaat dan keuntungan sendiri bagi peternak. Diantaranya adalah harga ternak sapi, kambing dan kerbau tidak dipatok berdasarkan berat karkas ataupun daging. Bila sapi dengan perkiraan daging 50 kilogram dihari "elang" (hari biasa-red) berkisar Rp10,5 juta, maka memasuki Hari Raya Haji bisa terjual Rp20 sampai 22 juta.

Kemudian, bila peternak menjual sapi dihari elang, biasanya pembayaran dari pedagang tersendat. Pedagang akan membayar setelah sapi dijualnya. Sementara bila peternak menjual sapi memasuki Hari Raya Haji pembayaran dari si pemesan tidak tersendat.
 
Syahrul(37) peternak sapi di Sutera menyebutkan, dengan modal bakalan sekitar Rp10 jutaan, maka menghadapi Hari Raya Kurban dapat dijual pada kisaran Rp20 hingga Rp22 juta."Ya alhamdulillah kami petani memperoleh hasil yang baik menghadapi kurban rata-rata keuntungan Rp8-10 juta seekor sapi," katanya.
 
Menurutnya, ada dua kategori sapi untuk kurban yang dicari pembeli. Pertama disebut dengan hewan kurban Padang dan kedua hewan kurban kampung. Hewan kurban Padang ditandai dengan ukuran badan sapi yang lebih besar dan harganya lebih tinggi dari hewan kurban kampung. "Jadi terserah kita mau menyediakan hewan kurban Padang atau hewan kurban kampung. Kedua-duanya memberikan keuntungan bagi peternak," ungkap Syahrul.

Selanjutnya Yeyen (43) warga Sungai Sirah Surantih adalah salah seorang petani yang juga mengusahakan kegiatan sampingan berternak. Yeyen adalah salah satu peternak yang juga membidik peluang keuntungan saat menjelang Hari Raya Kurban dengan pola sistim bagi hasil dengan pemilik modal.
 
Setiap Hari Raya Kurban menurutnya, permintaan akan sapi potong untuk ibadah kurban sangat tinggi. Peminat sapi dari daerah itu tidak hanya warga daerah setempat, namun warga dari Kota Padang, dan Provinsi Riau juga datang ke Pesisir Selatan untuk mendapatkan ternak sapi untuk kurban. Ini adalah peluang.
 
Untuk mensiasati permodalan pengembangan usahanya adalah dengan menggaet investasi para pemilik modal. Misalnya pemillik modal membelikan sapi bakalan kemudian saat panen keuntungan di bagi dua. Separuh untuk pemilik modal dan separuhnya lagi untuk dirinya yang mengusahakan penggemukan sapi
 
Setiap periode penggemukan ia mampu memelihara sekitar 6 atau tujuah sapi berbagai jenis, misalnya brahman, sapi bali dan sapi pesisir. Untuk kebutuhan kurban dia memelihara sapi bali dan sapi pasisie. Dua jenis sapi lokal ini sangat laris menjelang Hari Raya Kurban.

Biasanya lama masa perawatan atau pemeliharaan sapi menjelang di jual sekitar delapan bulan atau paling lama setahun. Artinya setelah musim Lebaharan Haji selesai bakalan baru sudah masuk kandang. Sementara untuk kebutuhan hijauan, Yeyen lebih banyak menyabit rumput alam disekitar Sungai Sirah.
 
"Namun untuk konsentrat biasanya saya ramu dari berbagai bahan misalnya sagu, ampas tahu dan dedak. Semuanya dapat diperoleh di daerah itu," katanya.
 
Sapi pesisir bakalan biasanya sebelum digemukkan dipatok pada harga Rp8-10 juta. Hal ini sudah ada hitung hitungannya dengan pemilik modal. Maka sapi jenis Pesisir setahun kemudian akan laku dijual seharga Rp20 juta atau serendah-rendahnya Rp18 juta. "Jadi total harga sapi saat dijual kurang modal bakalan, itulah keuntungan yang dibagi dengan pemilik modal. Jadi satu ekor sapi pesisir bagi saya dapat keuntungan sekitar Rp5 jutaan. Jumlah sapi Pesisir yang saya rawat setiap tahun sekitar empat ekor, sisanya sapi bali dan sapi brahman," katanya.