Menelusuri Pustaka dan Masjid Al-Imam Koto Baru di Bulan Puasa

  • Mar 11, 2025
  • Kompasnagari.kim.id
  • Agama, Adat & Budaya

Mesjid Al-Imam Koto Baru, Nagari Kambang, Kecamatan Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan adalah masjid dengan peran sangat strategis di masyarakat Kambang. Masjid tersebut selain sebagai tempat syiar agama, juga untuk memecahkan berbagai persoalan ekononomi warga Kambang, sementara dilain pihak tidak sedikit pula warga yang datang untuk melahap buku buku bermutu.

Setiap bulan puasa, pustaka masjid ini  bahkan selalu ramai dikunjungi, baik oleh anak anak muda maupun orang tua. Mereka datang untuk membaca buku buku agama yang ada disana. Posisi pustaka disamping kanan depan masjid. Bangunan pustaka masjid terpisah dari bangunan tempat ibadah.

Masri, Ketua Pengurus masjid Al Imam menyebutkan, pustaka dibuka setiap hari selama bulan puasa. Dibuka mulai Pukul 08.00 WIB dan ditutup pada sore hari. Disini terdapat ribuan judul buku, mulai dari soal fiqih, tauhid dan lain lain.

"Juga masih tersimpan di lemari pustaka kitab-kitab kuning lama. Kitab-kitab al-Umm, al-Majmu' Syarah Muhazzab, Irsyadus Sari Syarah Shahih Bukhari, Syarah Ihya (Ittihaf Sadatil Muttaqin), Tuhfatul Muhtaj, dan lain-lainnya," katanya.

Kitab kitab tersebut biasanya memang hanya akan dipesan oleh atau dibaca oleh peminat peminat khusus, misalnya santri pondok pesantren, para guru guru agama dan lain lain.

Masjid dan pustankanya itu terletak di jantung nagari Kambang, yakni Balai Kamis Koto Baru. Bangunan itu adalah sebuah mesjid yang diberi nama oleh para pendirinya Al-Imam atau sang pemimpin. Kini telah berumur 88 tahun semenjak berdiri.

Bentuk bangunannya unik dan sangat menarik. Kabarnya dirancang insinyur dari Belanda dan China dengan perpaduan gaya Timur Tengah dan Khas Eropa. Mesjid yang tidak pernah dirombak dari bentuk aslinya ini oleh Dinas Kepurbakalaan, menjadikan mesjid ini sebagai cagar budaya.

Al - Imam adalah lambang kesatuan agama dan adat di Kambang. Dalam tambo adatpun disebutkan betapa ia menjadi sentral bagi masyarakat Kambang. Tertuang dalam tambo yang terwarisi hingga kini "Masajik limo, koto sambilan, imamnya di Koto Baru.

Performa Mesjid Al - Imam sungguh membawa kita kemasa lalu. Kubahnya antik dan menarik berupa payung besar, memiliki arti tigo payuang sakaki. Tigo payuang sakaki adalah struktur adat yang tidak lekang hingga kini dan lekat dengan bangunan itu. Kemudian reliefnya yang juga sangat menarik perhatian yang menggambarkan orang Kambang sangat menjaga seni dan keindahan..

Lantas melongok pula kedalam bangunan. Tiang tiangnya masih orisinil. Tiangnya itu konon kabarnya dibuat orang orang "sakti" di Nagari Kambang. Sebagaimana masjid umumnya tiang masjid tersebut memiliki makna. Didalam mesjid terdapat 14 tiang, sementara di luar terdapat 50 tiang. Tiang dalam mesjid menjadi simbol 14 Datuak di Kambang, berikut tiang-tiang luar yang berjumlah 50 bermakna niniak mamak nan limopuluah.

Katar Datuak Sati Tokoh Masyarakat Kambang menyebutkan, bangunan dan tiang itu telah berdiri semenjak tahun 1926. "Semenjak berdiri, mesjid itu tidak banyak mengalami perubahan. Perubahan hanya dilakukan pada daun pintu, sementara yang lainnya tidak," kata Katar Datuak Sati.

 

Mesjid ini karena terletak dijantung Nagari Kambang, maka setiap waktu tampak makmur. Kegiatan ibadah lima waktu tidak ada yang tertinggal. Pengajian pengajian selepas isya atau subuh juga berlangsung dengan baik dan terencana. Semenjak dahulu hingga kini, mesjid Al - Imam memiliki peran stategis melahirkan kader kader ulama.