Melihat Lebih Dekat Sarunai "Bararak" Khas Nagari Kambang
- Feb 16, 2025
- Kompasnagari.kim.id
- Desa Wisata, Atraksi Wisata, Agama, Adat & Budaya

KOMPASNAGARI.KIM.ID-Menjemput hantaran di Kambang Kecamatan Lengayang Pesisir Selatan biasanya ada arak - arakan ibu - ibu berbaris mejunjung jamba. Di depannya marapulai berjalan perlahan dan diatur. Lantas dilihat pula ke barisan paling belakang seseorang sedang meniup serunai (Alat musik tiup-red). Irama yang dimainkannya ditingkah kendang. Serasi, apik dan membuat suasana meriah. Langkah gontai marapulai seakan seirama dengan tiupan dan pukulan kendang.
Peniup serunai yang bertahan hingga kini adalah Mawi (68), warga Kampung Talang TS Kenagarian Kambang Kecamatan Lengayang. Rombongan marapulai terus dibuntutinya. Tiupan serunai itu tidak terputus - putus, seolah - olah nafasnya begitu panjang. Berjalan sekitar 100 meter, tidak membuat suara serunai jadi sumbang.
Mawi adalah salah satu pewaris pusaka lama kesenian Minangkabau dari beberapa orang pelestari yang ada di Lengayang. Tidaklah banyak orang yang tertarik mewarisinya, dan tidak pula setiap orang berbakat untuk meniup alat musik tua di Minangkabau itu. Ia mewarisi keterampilan memainkan serunai dari orangtua laki - lakinya. Di keluarganya, hanya dia pulalah yang berbakat untuk menyelamatkan kesenian itu.
Ketika berbincang - bincang dengan penulis, Mawi menyebutkan, ia sendiri kesulitan untuk mencari generasi pelanjut kesenian serunai tersebut. "Untuk memainkan ini memang butuh bakat dan kemauan. Zaman sekarang, anak - anak muda lebih senang memainkan gitar, piano atau alat musik impor lainnya," kata Mawi.
Meski demikian ia tetap berusaha mempertahankan serunai. Ia mengaku tidak pula menjadwalkan latihan secara rutin, namun akibat banyaknya panggilan atau tawaran untuk mengisi perhelatan, teknik bermain dengan sendirinya tetap terjaga. "Yang terpenting menjaga kesehatan sebelum memainkan serunai, terutama untuk mengiringi arak - arakan anak daro atau marapulai. Karena memakan waktu lama memainkannya. Misalnya saya minum air rebusan jahe," katanya.
Ia beberapakali kalangkabut karena tukang kendang tidak mau tampil. Untuk memenuhi permintaan perhelatan, ia harus mencari tukang kendang lainnya. Celakanya, tukang kendang pengganti adalah pemain baru yang tidak mengerti dengan ketukan kendang serunai. Butuh waktu dan ketabahan melatihnya.
Terkait serunai ia menyebutkan, memang ada perlakuan khusus saat tidak dimainkan atau ketika memainkannya. Ujung serunainya tidak bisa terlalu kering bila dimainkan, maka saat jeda mengiringi rombongan biasanya saya membasahi dengan air, dengan demikian suara yang dihasilkan tidak terlalu buruk kualitasnya," kata Mawi.
Masih terkait serunai, ia menjelaskan tidak semua daerah serunainya sama. Misalnya di nagari Kambang, ujung tempat keluarnya suara sedikit agak lebar dibandingkan serunai Surantiah atau Balai Selasa. Perbedaan lainnya terletak pada jumlah lobang. Lobang serunai nagari Kambang berjumlah tujuh sementara di Surantiah atau Balai Selasa lobang serunainya hanya empat. Perbedaan jumlah lobang ini juga memiliki makna tersendiri.
Khusus untuk nagari Kambang jenis irama yang dimainkan untuk mengiringi marapulai maupun datuak sebetulnya tidak boleh diubah-ubah dengan lagu minang kekinian. Berdasarkan penuturan orang tuanya, untuk mengiringi rombongan baralek hanya diperbolehkan memankan irama "bararak". Tujuannya supaya jenis irama itu tidak punah dan menjadi ciri khas serunai pengiring marapulai/rajo Nagari Kambang.
Mawi mengakui, kebutuhan keluarganya lebih banyak digantungkan kepada hasil dari meniup serunai. Sudah 35 tahun lebih. Penghasilan yang bisa diperoleh dari meniup serunai pengiring anak daro biasanya sekitar Rp200 ribu sekali main, namun ada kalanya lebih.
Ada kalanya panggilan atau order sepi adapula yang justeru padat. Akibat banyak yang menggelar pesta pernikahan tidak jarang pula ia menolak tawaran untuk main. Selain untuk mengiringi arak arakan, Mawi juga sering diundang untuk mengiringi permainan randai.
Alat musik "klasik" Ranahminang ini kini tidak memiliki pewaris secara alami. Keberadaanny di kampung kampung, dinagari nagari terancam punah. Anak anak muda kita merasa malu bila memainkan alat musik yang satu ini. Anak muda kita takut disebut kuno dan ketinggalan zaman. (Haridman)