Melihat dari Dekat Sulaman Bayangan Tarusan
- Mar 16, 2025
- Kompasnagari.kim.id
- Souvenir

Laporan Haridman Kambang
Sulaman bayangan asal Pessel sudah banyak dikenal. Bahkan untuk motif tertentu, banyak pula dijual ke negara tetangga Malaysia. Untuk mengenal sulaman bayangan asal tarusan Pessel, berikut penulis laporkan.
Bagi warga Kenagarian Barung Barung Balantai, Kecamatan Koto XI Tarusan usaha sulaman bayangan sudah menjadi mata pencaharian utama, terutama bagi kaum perempuan setempat. Sulaman Bayangan ini mulai diperkenalkan Nurma Bachtiar warga setempat sekitar tahun 70-an. Ia Istri seorang saudagar hasil bumi di Barung Barung Balantai, Pada tahun 1975. Nurma Bachtiar akibat sering berpergian keluar daerah bersama suaminya, dihadiahi munkenah oleh seseorang yang bertulisan kaligrafi.
Mukenah ini memiliki corak yang khas, dan sejumlah jemaah majlistaklim tertarik untuk mendapatkannya. Muncul ide baginya untuk membuat mungkenah baru dan bisa dipasarkannya keorang lain. Awalnya merintis usaha sulaman itu hanyalah untuk dipakai sendiri dan dipasarkan kepada orang terdekat saja.
Minat pembeli rupanya tinggi, dia mencoba medesain motif baru dan akhirnya berkembang dan dikenal luas. Dan kini telah berkembang kelompok kelompok usaha baru. Usaha Nurma dilanjutkan, Ernawati anaknya.
Diceritakan Ernawati, usaha sulaman bayangan ini mengalami pasang surut dari waktu kewaktu dimana semakin banyaknya bermunculan model sulaman dan batik. "Sulaman bayangan sudah diekspor kemanca negara. Bagi Kabupaten Pesisir Selatan sendiri menjadi produk khas daerah dan telah memiliki Hak Paten. Kini sebulan omzet penjualan bisa mencapai Rp10 juta," katanya.
Diakuinya, kini ia agak kewalahan untuk memenuhi pesanan, karena pesanan berdatangan dari luar Pessel, sedangkan produksi terbatas. Proses produksi memakan waktu lama. "Selembar mungkenah dapat diselesaikan oleh pengajin seminggu, namun bisa lebih tergantung corak dan motif yang akan digunakan. Saya harus mencari tenaga pembantu untuk memenuhi pesanan dari konsumennya," katanya.
Kini ia punya tenaga kerja 30 orang, dimana 25 orang merupakan anak jahitnya yang mengerjaakan sulaman tersebut dirumah masing masing dan ditambah dengan tenaga lukisnya dan pemasaran hasil usahanya.
"Sebenarnya membuat sulaman ini tidaklah sulit, cuma butuh ketelitian, kerajinan dan ketekunan saja, selembar kain sulaman itu hanya bisa dikerjakan dengan mengunakan tangan tidak dengan mesin jahit atau mesin elektronik lainnya," ulasnya
Bahan yang digunakan untuk membuat sulaman itu juga beragam misalnya sutra, batik, spon, fibelsil, katun dan bahan lainnya. Selembar sulaman terdiri dari dua bahan yakni bahan dasar dan bahan motif. Bahan untuk motif di lukis terlebih dahalu sesuai dengan motif dan aplikasi. setelah itu, bahan motif itu dijahit pada bahan dasar mengunakan jarum dan benang sesuai dengan motif.
Tenaga kerja yang melakukan pekerja ini kebanyakan adalah para wanita rumah tangga. Upah pembuatan sulaman ini Rp 80 Ribu hingga Rp 150 Rb. Dan selembar kain sulaman itu akan dijual kepada konsumen dengan harga Rp 160 ribu hingga mencapai Rp 500 ribu.Tergantung corak dan variasinya
Menurutnya, pemasaran selain melalui toko, juga melalui pameran dan promosi daerah ditambah dengan pemanfaatan media internet dengan melakukan penjualan on line. "Sementara, alasan yang menjadi motifasi pengembangan usaha ini meningkatkan ekonomi masyarakat setempat, karena selembar sulaman ibu ibu berpenghasilan luaman," ujarnya
Kini terdapat 12 pengusaha yang sama seperti Ernawati dengan 200 pekerja. Hasil dari menyulam ini dapat membantu ekonomi keluarganya, termasuk biaya pendidikan anak anaknya. "Waktu yang dipergunakan untuk menyulam tidaklah butuh waktu khusus, tetapi setelah kita selesai mengerjakan pekerjaan rumah menyulam bisa dilakukan, dan kegiatan ini akan kita lakukan secara bersama sama pengajin lainnya mengisi waktu luang," ujar Esi salah seorang penyulam.