Limaugadang, "Dareknya" Pasisie?
- Mar 17, 2025
- Kompasnagari.kim.id
- Informasi Umum, Desa Wisata

Haridman
Nagari Limau Gadang Kecamatan IV Nagari Bayang Utara Pesisir Selatan adalah nagari diperbukitan yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Potensi tersebut terdiri dari lahan pertanian dan perkebunan, namun selama ini belum tergarap akibat minim sarana prasarana terutama jalan menuju lahan.
Marlis warga setempat menyebutkan, topografi nagari ini bergelombang, sehingga rumah di sini tersebar pada banyak tempat, ada yang di lembah, dilereng bukit atau adapula di puncak bukit yang datar. Bercocok tanam padi dan sayur-mayur adalah usaha warga Ngalau Gadang. Dari hasil itulah mereka menabung sedikit demi sedikit dan kemudian secara berangsur membuat rumah, membiayai pendidikan anak-anak mereka dan biaya kesehatan.
Nagari Limau Gadang adalah kawasan unik. Unik karena secara geografis paling tinggi posisinya dibanding lainnya di Pesisir Selatan. Nagari ini berada sekitar 800-1000 meter di atas permukaan laut. Jika ditarik benang lurus mendatar, posisinya nyaris sejajar dengan Alahan Panjang, Kab Solok. Namun selama ini mereka terjebak ketertinggalan, kemiskinan dan keterisolasian.
Inilah pulalah nagari yang bersuhu paling dingin. Pada waktu tertentu suhu bisa mencapai 18-23 derajad celsius. Bila sore datang, angin Danau Diatas, Alahan Panjang Solok yang berhawa dingin akan berhembus menembus lembah dan menusuk ke Limau Gadang dan saat itu persis suhunya mirip Alahan Panjang.
Lalu jika ditarik benang tegak lurus, maka perbedaan ketinggan dengan Nagari Pancuang Taba sekitar 700 meter. Pancuangtaba terlihat sangat kecil dari Ngalau Gadang. Awan mengandung hujanpun terkadang mendarat dipinggang bukit di bawah nagari Ngalau Gadang. Diibaratkan, nagari ini adalah nagari "di atas awan".
Masyarakat setempat sebelum mekar dari nagari induk memikul beban berat untuk memperoleh pelayanan pemerintahan. Mereka untuk bisa mencapai ibu nagari induk harus berjalan menyisiri jalan sempit dipinggang bukit barisan dengan jurang yang sangat dalam. Dari Limau Limau sekitar empat kilo meter jaraknya, sementa alat transportasi adalah ojek dengan pengendara tangguh yang mampu menempuh pinggang bukit, jalan sempit dan tanjakan maut.
Ongkos besar harus dikeluarkan warga untuk membawa berbagai hasil pertanian. Satu ikat kulit manis sekali turun harus dibiayai sebesar Rp50.000, boleh dikata lebih besar biaya angkut ketimbang hasil. Untuk turun ke bawah atau ke ibu kecamatan warga Ngalau Gadang harus merogoh kantong Rp75 ribu, itu hanya untuk ongkos, belum lagi biaya makan dan sebagainya. Demikian sulitnya sarana transportasi di nagari tertinggal itu. Belum lagi jika disebut fasilitas lainnnya, tentu banyak yang kurang. Penanggungan yang entah kapan berakhirnya.
Untuk dapat berkembang, maka lewat dana desa warga setempat berhap berbagai fasilitas penunjang dapat dibangun. Misalnya jalan penghubung dari Pancuang Taba ke Ngalau Gadang via Limau Limau yang sangat-sangat buruk itu perlu segera ditingkatkan. Banyak titik titik longsor yang saban waktu siap menutup akses ke kampung tersebut. Berikutnya tenaga kesehatan yang representatif, tenaga dan bangunan sekolah SD sampai SLTA, sarana telekomunikasi. Jangan biarkan nagari tersuruk itu bergelut dengan ketertinggalannya.
Potensi besar yang tidak tergarap kini sedang menunggu. Nagari indah dan jauh dari polusi ini memiliki prospek cerah di bidang pertanian dan perkebunan. Jangankan bawang dan kol, markisa saja bisa tumbuh dan berbuah lebat di Limau Limau dan Ngalau Gadang. Warga setempat selama ini tidak mampu menggarap potensi disebabkan keterbatasan modal, ilmu dan buruknya sarana transportasi.