Lamang dan Tapai, Jadi Pabukoan "Laris" di Kambang
- Mar 18, 2025
- Kompasnagari.kim.id
- Informasi Umum, Agama, Adat & Budaya, Kuliner

Laporan : Haridman
Lamang demikian makanan khas daerah ini disebut. Terbuat dari beras ketan yang dimasak dengan santan dalam bambu muda. Bahan utamanya adalah beras ketan putih, santan kelapa, daun pandan, dan sedikit garam. Beras ketan dicuci bersihkan dulu dan dimasukan ke dalam ruas bambu muda yang terlebih dahulu dilapisi dalamnya dengan daun pisang kemudian baru dituangkan santan ke berasnya dan di bakar dengan bara api, dijaga jangan sampai ruas bambu terbakar. Makanan ini kemudian menjadi favorit di bulan puasa.
Kawannya adalah tapai (tape). Tapai adalah terbuat dari ketan hitam. Tapai dibuat dengan memfermentasikan beras ketan dengan ragi. Kemudian lamang tapai menjadi makanan yang tidak terpisahkan. Lantas keduanyapun menjadi makanan yang tidak bisa dipisahkan dengan ramadan. Tidak jelas pula, entah sejak kapan lamang tapai menjadi cirikhas pabukoan sebagian orang di bulan puasa.
Di pasar pasar tradisional, saban sore selalu menyediakan makanan tradisional ini. Lamang dipotong poting sesuai selera, kemudian diwadah terpisah tapai menunggu. Lamang yang sudah dipotong dan dikeluarkan dari bambu, dipotong lagi dengan jari dan di satukan dengan tapai secukupnya, kemudian dimakan. Demikian kebiasaan orang dikampung memakan lamang dan tapai.
Di Pesisir Selatan, pedagang lamang selalu menyediakan tapai. Kedua duanya dijual bersamaan. Bila ada lamang, maka disitu ada pula tapai. Lamang tapai dapat dijumpai hampir diseluruh pasar yang tersebar di daerah ini, Mulai dari Siguntur hingga ke Tapan. Pedagang umunya berasal dari Ranah Pesisir, Kambang dan Linggo Sari Baganti. Di bulan puasa, pedagang lamang dan tapai biasanya juga bertambah.
Nilam (65) adalah salah satu pembuat lamang dan tapai sekaligus pedagang makanan tradisional yang berhasil di jumpai penulis. Ia mengaku, bisa menghabisakan sekitar delapan gantang ketan untuk adonan lamang setiap pekan. Namun akan berbeda di bulan puasa, dimana jumlahnya akan meningkat tajam. Untuk delapan gantang ketan, maka total biaya yang harus dikeluarkannya hingga lamang siap adalah sekitar Rp120 ribu.
Disebutkannya, di bulan puasa ibu ibu rumah tangga berduyun duyun untuk membeli lamang sebagai makanan pabukoan. Bahkan tidak jarang pembeli lamang antri untuk mendapatkan jatah lang dan tapai. Selama bulan puasa biasanya dagangannya habis terjual dipasar pasar. Penikmat lamang tapai tidak hanya orang tua, akan tetapi juga banyak generasi baru. Anak anak muda di daerah itu tidak malu memakan lamang tapai.
"Saya dapat mengantongi keuntungan Rp500 ribu hingga Rp1juta setiap dua hari. Soalnya dagangannya yang saya jual laku keras. Dan jenis lamang yang paling laris adalah lamang puluik hitam. Saya menjual Rp5000 setiap potongan lamang. Dan satu porsi tapai juga dipatok Rp5000," katanya Nilam warga Balai Selasa kepada penulis.
Santi (35) warga Kambang menyebutkan, ia selalu meyediakan lamang dan tapai setiap tiga hari sekali untuk pabukoan keluarga. "Jadi jika dirata ratakan, jenis makanan lamang dan tapai menjadi lebih dominan dari jenis pabukoan lain," katanya.
Dikatakannya, alasan memilih lamang dan tapai untuk pabukoam disebabkan kebiasaan orang tuanya dulu. Kemudian kebiasaan itu tidak bisa ditinggalkannya setelah ia berkeluarga. "Lamang menurut saya rasanya enak apalagi di tambah tapai. Kemudian lamang tapai ini, biasanya dilengakapi dengan minuman berupa air kelapa muda atau cendol. Aduh....sulit saya menceritakannya," kata Santi menutup pembicaraan.
Demikian lamang dan tapai tetap lestari sepanjang masa. Makanan yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat yang tinggal di kampung kampung. Tidak hanya puasa, disaat lebaranpun, lamang tapai selalu menjadi menu utama.