Jelang Lebaran Harga Kelapa "Menggila" di Pessel, IRT Menjerit

  • Mar 24, 2025
  • Kompasnagari.kim.id
  • Informasi Umum, Flora & Fauna

KOMPASNAGARI.KIM.ID -Harga kelapa meroket di Pesisir Selatan meski daerah itu terkenal sebagai penghasil kelapa. Saat ini, di pasaran harga satu buah kelapa Rp12. 000. Harga ini oleh konsumen disebut harga fantastis dan tertinggi sepanjang sejarah. Padahal biasanya untuk satu buah kelapa hanya seharga Rp 2.500 hingga Rp3.000 saja.

Di Pasar Surantih Kecamatan Sutera, (23/3), ibu rumah tangga harus merogoh kocek lumayan banyak untuk mendapatkan kelapa untuk keperluan memasak. “Harga kelapa terus mendaki di pasaran, dari awalnya hanya dapat dibeli seharga Rp 2.500 saja kini sudah mencapai harga tertinggi yakni Rp12.000 per butir,” kata Nurleli (55), warga Timbulun.

Nurleli mengatakan, dengan naiknya harga kelapa telah menambah beban ibu rumah tangga saat berbelanja kebutuhan dapur. "Apalagi bagi kami yang berdagang lontong, otomatis biaya untuk pembuatan lontong bertambah," ungkap Nurleli.

Sementara Yunus (45), salah seorang pemasok kelapa dari Kambang ke sejumlah pasar mengaku, akhir-akhir ini kelapa memang mulai sulit didapat. Akibatnya mau tidak mau harga kelapa di pasaran terjadi peningkatan.

“Saya membeli kelapa di kampung - kampung seharga Rp8.000 sampai Rp9.000 per buah. Bahkan untuk kelapa kualitas super harus dibeli seharga Rp10.000. Dengan demikian, saat dijual kepasar untuk menutupi biaya operasionalnya memang,” kata Yunus menjelaskan.

Selanjutnya Zul salah satu petani kelapa di Amping Parak mengaku sangat senang dengan tingginya harga kelapa. “Alhamdulillah harga kelapa sangat menguntungkan petani. Harga mulai membaik semnjak lima bulan lalu,” katanya.

Terjadi Penebangan Pohon Kelapa Secara Massif

Sementara terkait dengan melambungnya harga kelapa, Pemerhati Lingkungan Darpius Indra meyakini, saat ini telah terjadi alih fungsi lahan besaran besaran di Pesisir Selatan, sehingga produksi kelapa menurun.

“Lahan perkebunan kelapa milik masyarakat di Pessel semenjak 15 tahun terakhir telah di sulap menjadi lahan perkebunan kelapa sawit, atau perkebunan kakao dan lainnya. Bahkan di beberapa tempat yang selama ini dikenal sebagai penghasil kelapa, juga telah berubah menjadi perkebunan kelapa sawit,” kata Darpius menjelaskan.

Penebangan pohon kelapa menurut Darpius terjadi secara masif dan sulit dikendalikan. Inilah faktor utama mengapa produksi kelapa kian menurun di Pesisir Selatan. Sementara itu, warga yang menanam kelapa sebagai pengganti tanaman yang ditebang sudah sangat jarang. Penyebabnya tidak ada lagi tempat yang dialokasikan untuk tanaman tersebut.

Penebangan kelapa selain untuk kebutuhan pengembangan perkebunan sawit, juga untuk kebutuhan perumahan. Kini, pohon kelapa sudah menjadi bahan utama untuk pembangunan rumah atau bangunan lainnya.

Disebutkan kawasan Darpius yang pohon kelapanya menurun drastis tersebut adalah, Pancung Soal, Linggo Sari Baganti, Ranah Pesisir, Lengayang, Sutera dan Batang Kapas.  (Edy S Jambak)