Desa Wisata Amping Parak Kemas Makan Bajamba Menjadi Paket Wisata
- May 18, 2025
- Kompasnagari.kim.id
- Desa Wisata

KOMPASNAGARI.KIM.ID -Desa Wisata Amping Parak Kabupaten Pesisir Selatan mengemas makan bajamba menjadi paket wisata. Pada beberapa kegiatan melayani paket wisata, lembaga pengelola desa wisata sukses menjadikan makan bajamba sebagai bagian integral paket wisata.
Ketua Pokdarwis LPPL Amping Parak menyebutkan, makan bajamba sudah sering terjual sebagai paket wisata di Desa Wisata Amping Parak. Paket makan bajamba ini biasanya berada dalam paket edukasi fullday.
“Misalna paket edukasi pengelolaan destinasi wisata yang biasanya dimulai pada pagi hari dan berakhir sore hari. Maka ketika jam istirahat pengelolaan makan siang disajikan dalam bentuk makan bajamba,” katanya.
Sementara itu terkait dengan jamba, maka pengelola bekerja sama dengan PKK Nagari Amping Parak. “Dengan kerja sama seperti itu maka ada nilai pemberdaaan ekonomi yang dipetik oleh masyarakat,” katanya.
Lebih lanjut Haridman menyebutkan, makan bajamba bisa dilaksanakan ketika wisatawan membeli paket wisata saja. “Satu paket wisata itu sudah ada ketentuan harga, sehingga pengelola desa wisata mudah menyelenggarakan makan bajamba.
Penjelasan Makan Bajamba
Dibalah-balah dalimo Dibalah ampek parampek Basuahlah jari nan limo
Makan sajamba kito barampek
Mamangan diatas jamak kita temukan di setiap perhelatan di Minangkabau, baik helat kawin ataupun helat penghulu (batagak gadang).
Biasanya tradisi makan bajamba akan hadir pada momen-momen itu, pada saat nikah kawin menurut adat syara', apalagi saat baralek menyampaikan penghulu satu kaum, maupun dalam acara formal lainnya. Maksudnya bila ada satu pertemuan atau rapat rapat adat, yang sifatnya tak terlalu seremonial, namun dihadiri oleh tokoh masyarakat dan para datuk, jika acara ini disertai dengan makan-makan, maka tradisi makan bajamba kerap dilaksanakan pada saat itu.
Lalukah makan bajamba itu yang sesungguhnya dan apa bedanya dengan makan bersama. Kita akan mencoba kupas satu persatu.
Jamba dan Hidangan.
Jamba dan hidangan merupakan dua hal yang berbeda, walaupun keduanya dapat ditemukan dalam kegiatan adat dan seremonial lainnya. Hidangan adalah ragam jenis makanan yang disuguhkan pada saat pesta atau alek nikah kawin. Sebelum adanya tradisi tenda, hidangan adanya ditengah rumah disaat marapulai dan anak daro duduk bersanding di palaminan, maka dihadapan mereka akan ada diletakkan berbagai macam hidangan, dengan berbagai macam jenis lauk baik digoreng maupun gulai, sebagai pelengkap disertai dengan penganan dan kue kue. Lazimnya di wilayah Agam dan IV koto dan sekitarnya disebut dengan alek urang padusi.
Berbeda dengan jamba, jamba juga dihidangkan tapi jamba tidak disebut sebagai hidangan, jamba adalah wadah atau tempat buat nasi yang diletakkan di atas talam, nampan loyang atau dulang (ada beragam nama untuk menyebutkan istilah ini, di berbagai daerah), bukan pada piring, yang kemudian disantap secara bersama oleh beberapa orang, lazimnya empat atau enam.
Bertolak dari hal itu, maka dengan demikian makan bajamba dapat diartikan sebagai sebuah peristiwa makan bersama dalam satu talam, atau dulang. Seperti kata mamangan di atas "makan sajamba kito Barampek".
Makan bajamba lazimya dilaksanakan saat alek laki laki, peristiwa ini biasanya berlangsung saat acara manjapuik marapulai, walaupun sebagian pada alek perempuan juga ada, namun pada alek perempuan secara khusus makan bajamba hanya diperuntukkan bagi karib dan kerabat terdekat dari kedua mempelai saja.
Makan bajamba tidak sama dengan makan bersama sama. Di dalam makan bajamba ada tata aturan yang diatur menurut adat. Jika pada alek hidangan biasa, sambal atau gulainya boleh beragam. Sedangkan pada makan bajamba yang dihidangkan gulai saja sebanyak dua macam, yang dalam bahasa adat lazim disebut dengan gulai duo.
Gulai duo, gulai kuning dan gulai putih. Penamaan ini berdasarkan bentuk warna gulai yang terhidang kuning dan putih. Gulai kuning bahannya terdiri dari Daging sapi yang dicampur dengan nangka (cubadak), sedangkan gulai putih isinya ayam dan rebung (rabuang) gulai rabuang.
Tata aturan lain dalam makan bajamba yang mesti difahami, dalam satu jamba antara mamak rumah dengan sumando tidak boleh satu jamba, harus dipisah. Dalam hal ini disinilah salah satu fungsi janang, disamping memantau hidangan janang juga harus mengatur atau mendudukkan orang pada posisi yang tepat saat makan bajamba, sesuai dengan kedudukan masing masing.
Makan bajamba tergantung dari jumlah jamba dan orangnya, jika orang melebihi jamba yang dihidang maka jamba boleh di isi enam orang, namun bila mencukupi cukup diisi empat orang saja.
Tata cara makan bajamba berbeda dengan makan sendiri sendiri. Makan bajamba menyuap nasi ke dalam mulut dengan cara dilempar (diambuang) jika tak piawai nasi akan berserakan ke mana mana, jika ini terjadi akan sangat memalukan karena dapat tercampur pada suapan orang lain yang satu jamba dengan kita.
Makanya tak semua orang mau ikut dalam acara makan bajamba ini, ada aturan dan tatacara yang tak semua orang cakap melakukannya.
Banyak tata aturan dalam makan bajamba, makan bajamba tak mencapai keruntuhan yang kita pikirkan. Makan bajamba tidak sama dengan makan bersama. Makan bersama lazim disebut penyeimbang dalam kegiatan non formal, pada kegiatan formal disebut makan dihidang saja.
Demikian sekelumit soal makan bajamba menurut adat, salah satu khasanah kekayaan lokal Minangkabau sebagai ujud silaturahmi dan kebersamaan yang terikat oleh tata aturan adat. (Edy Jambak)