Aprisal "Pahlawan" TNKS
- Apr 09, 2025
- Kompasnagari.kim.id

Laporan : Haridman
Aprisal (48), pemuda sederhana dan bersahaja yang bersahabat dengan TNKS (Taman Nasional Kerinci Sebelat). Boleh dikata, jika di Gunung Merapi Jawa Tengah dulunya ada mendiang Mbah Maridjan sang juru kunci, maka Aprisal bisa disebut "Mbah Maridjan-nya" TNKS Sektor Lengayang. Tinggal dan bermukim di kampung yang terkungkung TNKS bernama Koto Pulai.
Ia merupakan mitra TNKS semenjak tahun 1998 silam hingga sekarang, lebih dari separoh pengabdiannya dijalaninya dengan swadaya belaka dan keprihatinan. Swadaya yang mestinya perlu ada apresiasi dari pemerintah tidak didapatkannya. Namun semangatnya untuk menjaga kelestarian rimba di tanah kelahirannya tidak pernah surut.
Saban hari ia bergelut dengan hutan, satwa, segala macam tingka kurenah orang yang ingin merusak hutan. Banyak nama - nama spesies yang hafal diluar kepala, tidak hanya nama akan tetapi juga mengerti tingkah laku satwa dan tumbuhan yang ada di dalamnya. Dilakoninya tugas mulia ini dengan tabah, dengan kerendahan hati. Dia berharap hutan dikampungnya bisa selamat hingga di kemudian hari.
Menurutnya, saat pertama kali ditugasi Balai Besar TNKS, ia mendapat "jatah" menjaga, memantau hutan TNKS yang ada di sekitar Lengayang. Sebuah tugas yang tidak ringan tentunya. Disatu sisi ia harus memantau gerak gerik orang - orang yang ingin mencedrai keasrian TNKS, di sisi lain ia harus berhadapan dengan desakan dan keinginan pembukaan jalan tembus Kambang Muara Labuh. Namun menjaga dan melestarikan TNKS adalah harga mati untuk menyelamatkan satwa dan menyelamatkan penghuni Lengayang yang bermukim di hiliran Batang Lengayang.
Tugas utama yang harus di emban Isal (sapaan akrab Aprisal -red) mengawasi aktifitas perambahan hutan, mengawasi illegal loging, mengawasi terjadinya pengrusakan atau perburuan satwa di TNKS. Dan yang terpenting adalah menjadi juru kunci di gerbang TNKS Tatanggo Koto Pulai Kambang Kecamatan Lengayang. Tidak jarang tugas ini mendapat tantangan dari oarang orang yang ingin merusak huta.. Akibat tugas dan fungsi yang di emban Isal, iapun harus rela menerima gelar baru yakni, "Pak Utan".
Untuk melaksanakan tugas yang tidak ringan ini, Isal harus memiliki kepekaan terhadap lingkungan hutan. "Hutan dan isinya adalah sahabat saya, bahkan hutan adalah rumah saya. Dihutan saya mendapatkan banyak hal, mulai dari ilmu tentang satwa hingga cara melestarikan hutan itu sendiri," ujar Alumnus SMAN I Lengayang tahun 1996 ini. Ia tidak gentar memasuki hutan, tidak pula harus takut akan diserang hewan hewan pengangsa yang ada didalamnya. Yang penting kita beritikad baik untuk makhluk yang berada dalam TNKS tersebut.
Selaku juru kunci TNKS di Lengayang, maka setiap warga atau badan yang ingin melakukan aktifitas penelitian dan sejenisnya biasanya melalui pendampingan yang diberikan Isal. Sejumlah aktifitas penelitian dari berbagai lembaga dan perguruan tinggi telah didampinginya untuk menyusuri leku lekuk penting di dalam TNKS Lengayang yang berbatasan langsung dengan Solok Selatan tersebut.
Selaku juru kunci dan juru penunjuk jalan di hutan yang masih asri dibanding daerah lainnya tersebut, tidak jarang Isal bermukim berminggu minggu dalam hutan. Sebuah tugas dan pekerjaan yang menuntut pengabdian yang tulus dan ikhlas, jika tidak tugas ini akan terasa berat dan melelahkan. Ia harus berpisah dengan keluarga dibawah ancaman tersesat atau dicelakai oleh penghuni hutan, atau insiden yang bisa membuatnya celaka.
Menurutnya, dihutan Lengayang berbatasan dengan Muara labuh, ia pernah tersesat selama delapan hari. "Kejadiannya belum lama ini. Tersesat berhari hari di TNKS bersama sejumlah tim peneliti Biologi Unand. Namun itulah bertuahnya hutan ketika kita minta tolong ke "raja hutan" kita akan dituntunnya," ujar Aprisal. Meski telah pernah tersesat tidak meyurutkan langkahnya sebagai mitar TNKS, setiap orang yang butuh bantuannya ia akan laksanakan hingga selesai.