Amping Parak Nagari Ba Rajo

  • Mar 08, 2025
  • Kompasnagari.kim.id
  • Agama, Adat & Budaya

Amping Parak, salah satu kenagarian di Pesisir Selatan. Nagari ini berada didalam Kecamatan Sutera. Untuk mengetahui lebih jauh tentang nagari ini, berikut  laporan penulis.

Nagari ini adalah salah satu nagari di kawasan Bandar Sepuluh susunan pemerintahan adalah rajo – rajo di dalam kelarasan Koto Piliang. Di sebelah utara berbatasan dengan Surantiah,  mulai dari laut dengan kaki Bukit Batu Mandamai sebelah ke balik ujung (dahulunya dengan Gunung Rajo), kelok jalan besar dari Alai ke Sungai Sirah, terus ke Puncak Gunung Sigirik. Kehulu, dengan Kayu Gadang, Bukik Aur, batas Koto Tinggi, puncak pendakiaan Kayu Aro, Langgai dan Gunung Harimau. Selanjutnya di sebelah selatan dengan Nagari Kambang.  Mulai dari laut dengan Pinago Baselo, terus ke Bukit Carano.  Sebelah ke hulu dengan Bukit Sarang Anggang dan Air  Membunuh Urang.

Nagari amping parak dalam pemerintahan menurut adat dibagi dalam 2 bagian yaitu :   Daerah  ‘’ Badangkung Mudik “ yang disebut juga dengan Koto Nan Tigo yaitu, Koto Ranah, Koto Tinggi, Sungai Kumbang. Daerah  ‘’ Badangkung Hilir “ yaitu : Limbur Pasang Mudik, Limbur Pasang Mudik meliputi daerah Padang Bajakan, Taratak Paneh, Sikabu, Sungai Jukuik, Tanjung Gadang dan Bukik Kacik.  Limbur Pasang Hilir. Limbur Pasang Hilir adalah daerah yang meliputi dari Koto Tarok sampai ke hilir  Padang Laweh, Pasar Amping Parak, Alai, Padang Tae dan Ujung Air.

Sebagaimana disebutkan di dalam sisomba adat Minang Kabau, bahwa nagari ba – ampek suku , suku babuah paruik. Maka empat suku induk di Nagari Amping Parak adalah, Melayu Empat Ninik terdiri dari : Melayu Tengah, Melayu Koto Kacik, Melayu Bariang, Melayu Durian. Selanjutnya Suku Kampai Ampek Paruik terdiri dari : Kampai Tangah, Kampai Sawah Laweh, Kampai Niur Gading dan Kampai Bendang. Suku Panani Tigo Ibu yaitu terdiri dari : Panai Tangah, Panai Lundang, Panai Tanjung. Tigo Lareh terdiri dari :  Sikumbang,    Jambak,  Caniago.

Struktur pemerintahan Nagari Amping Parak menurut adat dipegang oleh seorang rajo, yang dipanggil  dengan nama Tuanku. Ia dibantu oleh empat orang penghulu dari suku Melayu empat paruik, yang disebut Sandi Rajo, empat orang penghulu pucuk dari suku nan ampek, serta sandi penghulu, atau disebut juga Penghulu Andiko dari ka – ampek suku yang ada didalam Nagari Amping Parak dan begitu juga diikut sertakan kaum ulama yang disebut kaum sarak, imam dan khatib.

Rajo tumbuh secara turun – temurun dari suku empat buah paruik dan diutamakan dalam paruik Sutan , dan apabila dalam paruik Sutan  tidak ada yang mungkin jadi rajo, maka diambilkan dari paruik Bandaro, dan jika didalam Bandaro tidak ada yang patut, maka diambilkan dari paruik Bagindo dan apabila dari ketiga paruik tersebut tidak ada yang patut menjadi pucuk pimpinan nagari maka diambilkan dari suku nan ampek.

Yang diutamakan ada hubungan dengan kaum rajo, seperti anak pisang, ataupun cucunya. Dalam hal ini sudah terjadi dua – tiga kali. Diantaranya Bagak dengan nama Sutan Hidayat dengan gelar Marah Batuah dari Suku Caniago, mati dan berkubur di Pasar Amping Parak. Untuk suku nan empat yang berhak menjadi rajo adalah sebagai berikut : kaum Melayu ampek paruik, paruik Bandaro  kalau geleran paruik ini menjadi rajo, maka bergelar Tuanku Bandaro Lelo Alam. Lalu selanjutnya, kaum bagindo. Bila kaum ini menjadi rajo, maka bergelar Tuanku Bagindo Mulia.

Bila giliran  Sutan menjadi rajo, maka ia diberi gelar tuanku Bagindo Sutan Basa. Sudah menjadi ketentuan bahwa dari perut Sutan yang diutamakan menjadi Kepala Pemerintahan Nagari Amping Parak. Sepanjang diketahui bahwa dari perut SUTAN sudah 6 kali manjadi rajo. Mulai dari yang pertama Tuanku Nan Bagombak Putiah, bergelar Tuanku Bagindo Sutan Besar yang bekubur di Bukit Gobah, Ujung Bukit Gitan. Dan yang kesepuluh (10) adalah Sutan Djamt bergelar tuanku Bagindo Sutan Basa yang berkubur di Balai Lamo Pasar Amping Parak.

Kemudian perut Imam Samba bergelar Bagindo Rajo dan betugas sebagai imam  (atau ikutan orang banyak)  dalam melakukan penyembahan sewaktu raja di nobatkan. Siapa yang menjadi Rajo didalam suku malayu, maka dia menjadi penghulu pucuk dalam kaum suku melayu empat buah perut, yang didalamnya dibantu oleh 4 (empat) orang penghulu yang disebut sandi rajo  yang sederajat dengan penghulu pucuk yaitu Bandaro Alam, Bagindo Ali Sutan Saripado, Bagindo Rajo

Karena agama Islam telah berkembang dengan pesat, maka diikut sertakan pula para ulama yang disebut sebagai “ Barampek, balima dalam syarak” yang artinya seorang ulama yang diambilkan dari kaum melayu empat buah perut yang disebut juga kali rajo dengan gelar Kali Berahim,  Selaku pucuk dalam syarak.

Kedudukan Rajo berada di daerah “ Badangkuang Hilir ” karena perhubungan kedaerah serasa sulit maka rajo selaku Kepala Pemerintahan membagi  2 (dua)daerah. Susunan Pemerintahannya disebut dengan istilah “ barampek balimo dengan urang tuo “ 1 (satu) Orang Tuo sebagai mewakili rajo yang begelar Rajo Yaman dari suku sikumbang.  Ia didamping 4 orang penghulu pucuk dari suku nan empat yaitu :


Karena adat sudah bersandi syarak, maka kehadiran para ulama dikenal dengan istilah “barampek, balimo dalam syarak “ . Setelah kemerdekaan sistem pemerintahan Nagari di Sumatera Barat diseragamkan, disebut Wali Nagari, sebagai kepala pemerintahan Nagari dan dibantu oleh kepala Kampung. Kini Nagari Amping Parak mekar menjadi dua, Amping Parak induk dipimpin Iwal dan Amping Parak Timur dipimpin Mulyadi.